Catatan Geourban#30 Cipunagara Hulu

Awan menggelayut menaungi sebagian besar atap Bukanagara. Menandakan hujan akan tiba sebentar lagi, mengguyur dataran tinggi Subang selatan. Seperti yang telah dijanjikan oleh alam, air dijatuhkan dari langit berupa jutaan butir air hingga jelang sore.

Potongan air dalam bentuk butiran tersebut yang jatuh dari langit, mengiri rombongan menuju potongan sejarah lama, tentang hulu sungai di lereng selatan G. Bukittungul, cerita Hofland mengelola perkebunan, invasi Jepang 1942 melalui Darmaga hingga sumber mataair panas di Batu Kapur, Dawuan di Kabupaten Subang. Dibungkus dalam kegiatan singkat Geourban, wisata bumi yang diinisiasi oleh asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia. Bertujuan reaktivasi, membuka jejaring lokal, dan pemaknaan fitur bumi dan sejarah budaya.

Perjalanan dimulai di gerbangn Taman Hutan Raya Ir. Djuanda. Tepatnya dipintu Maribaya, Lembang. Pintu masuk menuju pengelolaan Tahura yang berada di jalur sesar Lembang segmen Kordon.

Beberapa teman-teman sudah berkumpul, diantaranya para pegiat wisata, ibu rumah tangga, professional hingga konten kreator. Tergabung dalam kegiatan wisata bumi, terus digerakan melalui komunitas Geourban. Kegiatan saat ini, akan menempuh perjalanan kurang lebih 45 km. Dimulai dari Maribaya, kemudian ke puncak pass Puncak Eurad, Bukanagara, Pasir Bedil-Palasari hingga berakhir di Batu Kapur, Sagalaherang. Untuk memudahkan pergerakan, masing-masing berkendara roda dua.

Roda dua bermotor dipacu ke arah utara, mneuturuni perbukitan hingga pertemuan dengan jembatan Ci Gulung. Selepas wisata air panas Maribaya, kemudian berbelok tajam dan naik ke Cicalung. Jalan potong yang menghubungkan Maribaya ke Pasar Ahad kemudian ke Cikole. Sejak dulu jalannya selalu berlubang, menandakan air mengerosi aspal, sehingga meninggalkan lubang-lubang yang menganga. Selepas tanjakan terjal mendaki perbukitan Cicalung, arah pandang kemudian terbuka lebar.

Di Bagian selatannya berjajar Sesar Lembang segmen bagian timur. Seperti pagar alam yang membatasi Bandung bagian utara, dan dataran tinggi Lembang. Sesar adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran, baik itu dalam ukuran meter hingga puluhan meter. Dari Cicalung Lembang, bisa menyaksikan blok yang naik antara 300 meter hingga 450 meter. Menandakan bagian blok Bandung relatif naik dari blok bagian Lembang. Dengan demikian disebut sesar normal.

Mudrik Daryono ahli seismologi, telah melakukan pengukuran dengan menggunakan bantuan foto aerial lidar. Dari data tersebut tersingkap, panjang ular yang memanjang timur-barat tersebut sekitar 29 kilometer. Membentang dari Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, hingga G. Palasari di Kabupaten Bandung. Sedangkan pendapat lain, melalui pendekatan pembacaan dan interpretasi rona bumi (morfometri), dan pola pengaliran sungai. Iyan Haryanto menduga dengan kesimpulannya, mendapatkan angka yang lebih panjang. Sekitar 45 km. bahkan lebih. Melintasi bagian utara G. Manglayang hingga bertemu dengan Segmen Sesar Cileunyi-Tanjungsari.

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda, dengan demikian keilmuannya berkembang. Sehingga keberadaan Sesar Lembang harus terus diwaspadai keberadaanya, karena pada 28 Agustus 2011 sesar ini pernah bergerak. Seperti yang dilaporkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat, terjadi gempa di Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Aktivitas kegempaan memang terjadi, sehingga perlu untuk terus diwaspadai.

Rombongan partisipan bergerak ke arah utara, melintasi Kampung Cibeureum, Wangunharja. Desa yang baru saja menggeliat, memperlihatkan aktivitas warganya di perkebunan. Tanah yang subur menjadi berkah warga Wangunharja, melalui sektor perkebunan dan pertanian. Elevasinya sudah mencapai 1300 m dpl., disertai udara sejuk dan subur. Diusahakan perkebunan sayuran, sapi perah dan perkebunan koi yang menempati di wilayah hutan produksi Perum Perhutani KPH Bandung Utara.

Dari titik tinggi ini bisa menyaksikan bentang alam, diantaranya kerucut G. Putri 1587 m dpl. Berdiri menaungi Jayagiri Lembang, menjadi titik orientasi dari dataran tinggi Cikole. Dari penelitian Nasution (2004), menyatakan bahwa sebaran batuan gunung ini disusun oleh piroklastik G. Prasunda, melanjutkan pendapat penelitian oleh Soetoyo & R.D. Hadisantono. Melalui penelitian vulkanostratigrafi Kompleks G. Sunda-Tangkubanparahu (1992).

Dibagian puncak G. Putri didapati sistem pertehanan Kolonial Belanda. Diperkirakan dibangun sejak rencana pengalihan Bandung sebagai ibu kota kolonial. Dimulai dengan pemindahan pusat komando militer 1896 ke Cimahi dan Batujajar. Dengan demikian, pembangunan sistem pertahanan militer di G. Geulis dan sekitarnya bisa disematkan pada tahun berikutnya.

Sistem pertahanan berupa bunker, menandakan peralihan dari sistem pertahanan benteng yang rentan terhadap serangan udara. Sehingga strategi militer tentara kerajaan Belanda, bersalin strategi.keberadaan bunker ini menyebar, mengawal jalan utama Jalancagak-Lembang. Kemudian pada saat menjelang kedatangan Jepang 1942, KNIL mendirikan bunker atau pillbox di sekitar Ciater.

Invasi Jepang tidak hanya melewati dataran tinggi Lembang, sebagian kompi pasukan Jepang diperkirakan melalui jalur Darmaga-Bukanagara, melalui puncak pass Puncak Eurad. Dicirikan dengan keberadaan beberapa gua yang dibangun oleh Jepang, sekitar batas hutan di Pasir Bedil, Cisalak Subang. Gua lainya berada di sebelah barat tempat wisata Puncak Eurad. Beberapa lubang yang tidak terlalu dalam, strukturny sederhana dengan cara memobok secara horisontal pada batuan tuff gunungapi.

Di Puncak Eurad, panorama berupa cekungan dalam yang dikelilingi oleh gawir. Berupa punggung yang memanjang, membentuk gawir terjal antara 500 hingga 800 meter. Pendapat ahli gunugapi purba, Sutikno Bronto mengukur umur lava sekitar Cigadung sekitar umur Paleosen Atas. Melalui penelitian bersama, melalui penarikan K/ar batuan andesti di Cupunagara, didapati umur absolut 58,99 juta tahun yang lalu.

Rona bumi tersebut menarik untuk ditafsirkan hasil kegiatan kegunungapian di masa lalu. Dicirikand cekungan yang terbentuk di Cikandung, Bukanagara. Kemudian gawir terjal dan tegak membentuk setengah lingkaran yang terbuka ke arah utara. Pendapat lainya nya, diantaranya ahli geologi Belanda, Bemmelen menduga merupakan gravity falls atau longsoran ke arah utara, seiring dengan pembentukan struktur sesar berarah timur-barat.

Di Bukanagara, terus bergerak ke arah selatan. Didapati hulu Ci Punagara, berupa situ disebut Cipabeasan. Bila menjelang Mulud, airnya bersalin rupa seperti buih air hasil penyucian berah (putih), sehingga disebut Ci (air), hasil mencuci air beras (Pabeasan). Fenomena air berbuih, dan berwana putih bisa disebabkan oleh proses kimia, atau berkatan dengan jenis tumbuhan (akar, oksidasi, dst.).

Sekitar situ ditumbuhi alang-alang, mendesak luasan situ semakin sempit. Menurut warga, beberapa tahun kebelakang pernah dibersihkan dengan menggunakan alat bantu ekskavator. Namun seiring waktu, rumput liar tersebut terus tumbuh dan mendesak sebagian besar situ. Cipabeasan digunakan warga sebagai tempat untuk melaksanakan tradisi dan kepercayaan nenek moyang.

Perjalanan dilanjutkan ke arah Sagalaherang, memotong punggungan G. Pasir Bedil. Jalan melandai ke arah utara, hingga Dermaga kemudian ke arah utara melalui Dawuan. Didapati sumber mata air panas yang kini dimanfaatkan menjadi wisata. Berupa kolam-kolam pemandian air panas. Sedikit ke arah utara dari lokasi wisata Batu Kapur, melalui Curugagung, Sagalaherang, terdapat air terjun. Berupa air terjun yang mengalir pada batuan gunungapi, membentuk dinding tegak yang diperkirakan terbentuk karena kegiatan tektonik.Berupa sesar normal, dicirikan dengan kekar gerus yang terdapat di dinding air terjun.

Kegiatan ditutup dengan menikmati durian di Curug Agung. Berupa durian lokal yang baru saja dipetik. Diwilayah ini durian menjadi unggulan pertanian, karena daerahnya yang ideal, ketinggian hingga cuaca yang tidak terlalu lembab. Menurut warga musim durian biasanya panen di awal tahun dan pertengahan, melimpah dan biasanya harganya dihitung jumlah butir durian.

Di hulu Ci Punagara
Tugu Bukanagara
Gua yang diperkirakan dioperasikan sebagai pos militer pada saat Jepang 1942
Partisipan di G. Pasirbedil, Cisalak Subang
Durian di Batu Kapur, Subang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *