Pada awal kelahirnnya podcast adalah streaming radio, hasil obrolan. Disiarkan dalam media daring (online), dengan tema yang beragam. Dengan tujuan penyampaian pesan, melaui penyiaran. Seperti yang dilakukan oleh Sangkuriang Outdoor Service, disingkat SOS. Menggagas kegiatan penyiaran melalui media daring, dengan tema-tema yang dekat dengan kegiatan aktivitas alam bebas.
Pada tayangan ke-dua, berkolaborasi dengan asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia/PGWI. Mengetengahkan tema yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam, melalui aktivitas pariwisata. Dilaksanakan di café SOS di venue Ski Air, Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dilaksanakan pada tanggal 16 Februrari 2025, pukul 16.00 WIB.
Narasumber yang hadir diantaranya Deden Syarif Hidayat, penggerak Forum Pemuda Peduli Karst Citatah/FP2KC. Kemudian M. Rizky Hardjadinata atau biasa dipanggi Mang Ciko, pegiat wisata bumi di kawasan Saguling. Kemudian Zarindra Arya Dimas, pegiat wisata bumi keahlian geologi. Kemudian dihantarkan oleh Deni Sugandi dan Kang Ogi selaku moderator.
Perbincangan dibuka oleh Ogi, menyampaikan awal mula kegiatan podcast. Merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh SOS, sebagai sarana silaturahmi dan diskusi dengan topik berkaitan dengan kegaitan alam bebas. Kemudian Deni mengantarkan tema podcast, membatasi pada diskusi yang berkaitan antara sumber daya alam Citatah dan pemanfaatannya melalui pariwisata.
Kondisi Citatah, Padalarang yang terus digempur kegiatan tambang akan berpotensi menghilangkan bentuk alam. Kegiatan ekstraktif ini sudah terjadi dari sejak masa kolonial, terus berlangsung hingga kini. Kawasan yang memiliki luas 10.320 Ha, sebagian besar ditempati oleh perbukitan karst. Sehingga menjadi potensi hasil tambang terbesar di Jawa Barat. Penghilangan bentuk alam dan dampaknya telah terasa, diantaranya adalah beberapa kerucut perbukitan telah hilang. Dampak lainya adalah polusi kegiatan pembakaran kapur, berkurangnnya mata air, hingga dampak bawaan lainya.
Pemanfaatan sumber daya alam ini bisa dilakukan dengan cara lain, tanpa merusak atau menghilangkan bentuk lahan. Seperti yang telah berlangsung saat ini, seperti wisata petualangan pendakian, hammocking, hingga wisata berbasi narasi kebumian. Aktivitas tersebut adalah pilihan yang tersedia, dengan tujuan tanpa penghilangan bentuk bentang alam (non-tambang), edukasi hingga pemamfaatan ekonomi oleh warga lokal.
Tiga pilar tersebut menjadi dasar pengembangan pariwisata berkelanjutan, sehingga menjadi cara terbaik untuk memanfaatakan sumber daya alam tanpa harus menambang. Pilihan tersebut telah diikhtiarkan sejak dahulu, dalam bentuk aktivitas paket wisata.
Dalam kesempatan ini Zarindra menyampaikan sejarah bumi Citatah. Terbentuk sejak 30 hingga 22 juta tahun yang lalu. Berupa pengendapan batuan karbonat dalam kondisi laut dangkal. Pada masa tersebut, sekitar Oligosen hingga Miosen Awal, sebagian besar lingkungan bumi dalam keadaan tenang. Sehingga mendorong pertumbuhan terumbu karang, termasuk diwilayah Citatah saat ini. Kemudian lepas Miosen Akhir, atau sekitar 22 hingga 12 juta tahun yang lalu menandakan berakhirnya pengendapan karbonat. Terjadi karena penenggelaman ulang menjadi lautan dalam, sehingga diendapkanlah batuan sedimen seperti lempung danpasir didasar lautan dalam. Keberadaanya kini bisa dilihat dalam bentuk batuan sedimen berapis, batulempung dan batupasir. Dalam peta geologi lembang Bandung (Sudjatmiko, 1972), disusun oleh perselingan endapan laut dalam. Dikelompokan ke dalam Formasi Citarum, kini bisa dilihat berupa perbukitan terlipat disebelah selatan jajaran perbukitan karts Citatah.
Pada masa berikutnya, terjadi pengangkatan akiba kegiatan tektonik. Menyusupnya lempeng samudera Indo-Australia, di bawah lempen benua Euarsia. Terjadi di tepian benua sepanjang pulau Jawa bagian selatan. Kegiatan tektonik tersebut menyebabkan terjadinya perlipatan, pensesaran perbukitan yang memanjang dari muara Cimandiri, hingga ke Tangkubanparahu. Segmen tersebut menyerong baratdaya-timurlaut, disebut sistem sesar Cimandiri.
Terjadi pada Pliosen hingga Pliostosen. Antaran 5 juta hingga 700 ribu tahun yang lalu. Seiring tumbuhnya gunungapi di bagian selatan Jawa. Jajaran gunungapi aktif, muncul di bawah laut. Kemudian bergeser ke sebelah utara. bagian dari jajaran gunungapi modern.
Narasi tersebut menjadi pengantar dalam membungkus paket wisata. Seperti yang telah dilakukan oleh Mang Ciko, pemandu wisata bumi yang berdomisili di Saguling. Kegiatan wisata yang sudah berjalan dikawasan saguling, diantaranya Sanghyang Kenit, Sanghyang Heuleut dan beberapa tempat lainya. Paket-paket wisata tersebut bukan saja berkaitan dengan bentang alam, tetapi bisa dipadukan dengan aktivitas lainya.
Sekitar spill way Saguling, didapati fosil dari masa lalu. Menandakan sebagian Saguling merupakan rawa-rawa yang dihuni oleh mamalia besar. Penemuannya berupa fosil tungkai kaki kuna nil, gajah hingga mamalia lainya. Fosil tersebut tertanam dibatupasir, endapan danau purba. Wisata minta khusus ini menjadi garapan Mang Ciko, dengan menkoordinir kunjungan, menggunakan perahu milik warga.
Pilihan wisata lainya bisa dipadukan dengan kunjungan ke pasar tradisional Rajamandala. Menyediakan hasil bumi khas sekitar Saguling, hingga kuliner yang hanya bisa dijumpai dilokasi ini. Bergeser ke arah baratnya, terdapat wisata agro perkebunan durian. Kemudian wisata yang berkaitan dengan militer, diantaranya keberadaan sistem pertahanan militer masa kolonial.
Menurut Ciko, akses menuju kawasan Citatah saat ini sudah mudah. Diantarnya sudah tersedianya kereta api cepat, turun di Statsion Padalarang. Kemudian statsiun keretapi reguler di Cipatat. Sehingga aksesibilitas luar kota sudah bisa menjakau kawasan karst Citatah. Selanjunya mang Ciko menambahkan beberap objek wisata yang berbasis wisata bumi yang telah berjalan. Diantarana segmen 7 km Ci Tarum, dari bendungan hingga pintu outlet pipa pesat. Seperti Cikahuripan, kemudian ke arah hilir Cukang Rahong, curug Halimun. Kemudian lanjut hingga Sanghyang Heulit dan Sanghyang Kenit.
Dalam kesempatan berikutnya, Deden menjelaskan peran forum turut mengerakan ekonomi lokal melalui pariwisata. Melibatkan dengan masyarakat, melalui aktivasi perkebunan warga, geraka penanaman hingga pendampingan pengelolaan objek wisata. Seperti yang dilakukan oleh SOS, turut mendampingi kegiatan aktivasi wisata. Saat ini SOS sedang membangun sarana bangunan yang akan digunakan sebagai sarana bersama, meeting point dan cofffe shop. Ditargetkan diselesaikan dibulan Maret, mempersiapkan rencana Festival Panjang nasional di Tebing 125 Citatah. Begitu juga dengan PGWI, wadah silaturahmi para pemandu wisata bumi. Jejaring para pemandu yang siap bekerja dikawasan Citatah-Saguling.
Kegiatan ditutup hingga lepas magrib, dengan menyimpulkan bahwa pariwisata memberikan alternatif pemasukan daerah. Melalui wisata berkelanjutan, dengan memanfaatkn sumber daya alam tanpa merusak atau menghilangkan. Objek geowisata yang memiliki makna, arti dan sejarah kemudian dibungkus dalam narasi dan iterpretasi pemanduan wisata bumi. Para narasumber yang hadir
Dengan harapan lingkungan lestari, bumi dikonservasi sekaligus ekonomi lokal tumbuh. Disebut wisata berkelanjutan dalam bungkusan wisata bumi.
Podcast lengkapnya bisa di cek di sini: https://www.youtube.com/watch?v=KNeQFZiiZdE&t=7417s