Catatan Peluncuran Geourban Emagz dan Diskusi Wisata Alternatif

Telah dilaksanakan kegiatan peluncuran Geourban Emagazine, majalah popular yang merangkum informasi wisata bumi. Kemudian kegiatan lanjutkan dengan paparan dan diskusi seputar wisata alternatif. Dilaksanakan di ruang pertemuan, Sekretariat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Jawa Barat.

Terletak di Jalan Tamblong Nomor 8 Bandung, pada tanggal 19 Mei 2025. Dihadiri oleh 50 orang, berasal dari beberapa latar belakang. Diantaranya dari asosiasi pemandu pariwisata, biro perjalanan wisata, akademisi, pegiat wisata, pengelola desa wisata, dinas pemerintahan daerah kota Bandung, pelaku pariwisata dan media. Berlangsung dari pukul 9.00 wib, hingga berakhir pkl. 13.00 wib.

Kegiatan dibuka oleh Deni Sugandi, selaku pihak penyelenggara acara. Menyampaikan latar belakang penerbitan majalah elektronik ini. Tujuannya adalah menghimpun data pariwisata yang berbasis wisata bumi. Disebut Geourban Emagazine, untuk penerbitan pertama Edisi 1 Nomor 1 Bulan Mei 2025. Di dalamnya memuat rubrik profile, objek wisata bumi, resensi buku, dan tulisan-tulisan tentang wisata bumi. ditulis oleh anggota dewan redaksi dan kontributor. Penulisannya menggunakan gaya bahasa populer. Penerbitan pertama ini merupakan rangkaian penerbitan seri edisi, direncanakan terbit tiga kali dalam satu tahun.

Materi berupa file, bisa diunduh di: https://pgwi.or.id/geourban-emagz/ Majalah ini diperuntukkan bagi praktisi pariwisata, pelaku hingga umum. Memperluas wawasan dan pengetahuan, khususnya tema-tema yang berkaitan dengan pengetahuan dan informasi wisata bumi. Kelahirannya digagas oleh Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), Dewan Pengurus Nasional. Duduk sebagai Ketua Dewan Redaksi adalah Deni Sugandi. Kemudian Anggota Redaksi diantaranya; T Bachtiar, Malik Ar Rahiem, Diella Dachlan Gangan Jatnika, Jeani Jean, Andi Lala, Andrias Arifin, Ricky Nugraha. Nama-nama tersebut merupakan pegiat, pelaku hingga pelaku wisata khususnya wisata bumi.

Dalam sambutan acara ini, Daniel G. Nugraha selaku Ketua ASITA Jabar menyampaikan beberapa hal. Dalam sambutannya mengatakan pentingnya kolaborasi antara pemandu wisata dan operator usaha perjalanan wisata. Dalam pertemuan ini, Daniel berharap pertemuan ini adalah memperluas jejaring pelaku industri pariwisata. Dengan demikian akan timbul kesepahaman antara pemandu wisata, pengelola objek wisata dengan jaringan usaha perjalanan wisata yang bernaung di bawah ASITA.

Sambutan ke-dua disampaikan oleh Bintang Irawan. Sangat menyambut baik, perlunya jaringan kerjasama yang tidak hanya bersifat formal. Tetapi bisa juga dihadirkan dalam bentuk kunjungan lapangan. Dengan demikian para usaha perjalan wisata bisa melihat langsung produk yang akan dikemas dan dijual. Bintang adalah Ketua HPI DPC Kota Bandung, selalu mendorong anggotanya untuk bisa bersanding dan berdaya jual. Terutama dalam menghadapi industri pariwisata nasional yang semakin kompetitif. Dengan demikian diperlukan kualitas pemandu yang berdaya saing, profesional dan mampu merancang perjalanan wisata. Dengan demikian, Bintang berharap anggotanya memiliki kualitas.

Sambutan berikutnya ditutup oleh perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, diwakili oleh staf dinas. Menyatakan bahwa pemerintah siap mendukung pengembangan wisata di wilayah Kota Bandung.

Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan pemaparan oleh tiga narasumber. Diawali oleh Budi T Assor, menyampaikan pengalamannya menyelenggarakan paket wisata alternatif. Disebut Desa Tour, tema wisata yang berbasis tentang aktivitas warga di desa. Budi menuturkan bahwa paket wisata seperti ini menjadi primadona pada awal tahun 90-an. Sebagai alternatif wisata bagi wisatawan overland (wisata antar kota di pulau Jawa). Ditawarkan kepada wisatawan inbound/asing, sebagai wisata opsional pada saat free progam di Bandung.

Desa Tour dikerjakan oleh Budi Assor, Harry Sukhartono dan Felix Feitsma. Ketiganya merupakan pemandu wisata overland (tour guide), aktif sejak akhir tahun 80-an hingga kini. Destinasinya sekitar Bandung selatan, seperti sekitar Soreang-Ciwidey, atau berkunjung ke padepokan seni Wayang Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung. Muatan materi yang disampaikan dalam kegiatan pemanduan, seputar perilaku hingga adat masyarakat kampung. Budi menceritakan kemampuan Felix untuk menguraikan cerita, dari objek yang sederhana menjadi menarik. Durasi kunjungannya mulai dari setengah hari (pagi ke siang), hingga satu hari penuh.

Pemaparan ke-dua disampaikan oleh T Bachtiar. Pendiri komunitas Geotrek Matabumi, hadir sejak tahun 2010. Berawal dari kegiatan alumni Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kemudian berkembang menjadi komunitas populer. Kegiatannya berbasis wisata bumi, berupa jalan-jalan dengan tema dan lokasi kunjungan tertentu.

Bachtiar memaparkan potensi wisata bumi di sekitar perbukitan karst Citatah. Selain bentang alamnya memikat, kawasan ini memiliki sejarah bumi. Membentang dari 25 juta tahun yang lalu, berupa endapan batuan sedimen. Disusun oleh batuan karbonat, dari pengendapan hewan dan tumbuhan laut pada saat sebagian besar pulau Jawa tenggelam di bawah permukaan laut. Diantaranya ditemui bukti berupa fosil hewan laut, tertanam di batuan karbonat. Ditemukan disekitar lokasi pemanjatan di tebing 125, berupa fosil dengan ukuran tidak lebih dari 15 cm. Disebut siput racun (Conus geographus), keberadaanya masih bisa ditemui pada saat ini. Melalui komunitasnya, Bachtiar sudah beberapa kali menyelenggarakan kegiatan geotrek sekitar Citatah. Terakhir menggunakan mobil jenis off-road, dengan tujuan mengenalkan wisata bumi yang dikolaborasikan dengan aktivitas petualangan.

Bachtiar menegaskan, objek wisata bumi tersebut perlu dibunyikan melalui kegiatan interpretasi. Sehingga mampu dijual dalam bentuk paket wisata bumi, berkualitas dan memberikan pengalaman kepada wisatawan. Dalam kesempatan berikutnya, Jenni Jean menyampaikan wisata alternatif Braga Bandros Mistery. Paket wisata seputar kawasan kota Bandung, dengan tema berkaitan dengan cerita tidak biasa. Mengungkap tentang urban legend, mitos yang beredar dimasyarakat hingga misteri kota. Paket wisata ini dilaksanakan pada malam hari, hingga tengah malam. Menurut pengelola, hingga kini jumlah antrian wisatawan selalu meningkat. Mengingat wisata alternatif ini belum pernah ada, sehingga selalu menarik perhatian.

Untuk mengupas kisah misterinya, dalam kegiatan wisata malam ini, didampingi interpreter spesial. Individu yang mampu membaca energi, kemudian direfleksikan melalui ekspresi tubuh. Jenni menjelaskan, perlu alat bantu elektronik, untuk mendeteksi hadirnya energi. Disebut EMF, memiliki indikator melalui lampu LED. Setiap warna yang muncul di EMF tersebut, memberikan informasi lonjakan energi yang hadir.

Selain itu digunakan pula alat bantu, berupa kamera yang mampu menangkap suhu atau temperatur. Disebut thermal imaging, berupa perangkat yang disambungkan ke kamera pintar. Melalui citra yang dihasilkannya, akan memperlihatkan warna bervariasi. Merah menandakan panas, dan sebaliknya warna gelap menandakan dingin.

Penyampaian ketiga narasumber tersebut, ditutup dengan diskusi. Beberapa partisipan menyampaikan pertanyaan, seputar materi yang telah disampaikan. Diantaranya adalah tentang pengembangan wisata alternatif tersebut. Dalam penutupan, Daniel mendorong anggota Asita Jabar untuk menangkap peluang ini. Karena para pengusaha perjalanan wisata memiliki jaringan nasional, hingga luar negeri. Dengan demikian memiliki pasar yang perlu yang luas, dengan memanfaatkan potensi lokal. Dikemas dalam bentuk wisata yang layak jual.

Dengan demikian forum ini diharapkan menjadi sarana silaturahmi, jembatan yang menghubungkan biro perjalanan wisata dengan profesi pemandu wisata. Diharapkan mampu mendorong kunjungan wisatawan inbound maupun domestik.

One Reply to “Catatan Peluncuran Geourban Emagz dan Diskusi Wisata Alternatif”

  1. Saya hanya bisa mengikuti via Live Instagram, but so far materinya bagus dan informasinya disampaikan dg santai dan happily.
    Ternyata untuk menjadi seorang tour guide harus memiliki banyak skill dan knowledge.
    Sukses selalu untuk PGWI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *