Catatan Geobaik#3 Cisanti

Acara dibuka disalah satu sudut kota Ciparay, Kabupaten Bandung. Terhitung 21 partisipan yang hadir, dan telah mempersiapkan kendaraanya masing-masing. Asal partisipan dengan latar beragam, pelajar SMU, pemandu wisata, hingga pegiat wisata alam. Selanjutnya Deni Sugandi, selaku pemandu geowista, melakukan brifing awal berkaitan dengan rencana kegiatan. Deni menjelaskan secara umum empat lokasi yang akan dikunjungi, diantaranya situs Palagan Culanagara atau situs peninggalanan Dipati Ukur di Ciparay, kemudian dilanjutkan ke titik tinggi antaran Bukit Culanagara dan Pasir Nini untuk menyaksikan dan itepretasi Cekungan Bandung, Danau Bandung Purba segmen timur, sekaligus memperlihatkan arah pergerakan pelarian dan persembunyian Dipati Ukur.

Penjelasan singkat selanjutnya adalah mengunjungi Kaldera Rakutak-Dogdog, di lapangan Berling, Pacet. Dari titik ini mengamati tafsir pembentukan kaldera, termasuk penjelasan penangkapan SM Kartosoewirjo di G. Geber, lereng sebelah utara puncak G. Rakukat. Stop terkahir berakhir di Situ Cisanti, hulu sungai Ci Tarum.

Pemberangkatan mulai pukul 8.30 WIB, diikuti oleh 21 orang menggunakan 20 motor dengan variasi jenis metik, trail hingga semi trail. Berangkat dari Kue Balok Haji Emo Ciparay, mengarah ke selatan menuju Gunung Leutik. Dari titik ini Deni menjelaskan posisi geografis Culanagara yang berada di titik tinggi, sehingga sangat tepat sebagai tempat pemantauan. Situs Culanagara dianggap sebagai titik komando atau pusat kendali Dipati Ukur, dalam perlariannya saat dikejar oleh tentara Mataram.

Gunung Bukitcula 1031 m dpl. merupakan perbukitan intrusi (terobosan), muncul dari zona lemah kelurusan sesar yang berah timur-barat. kelompok perbukitan ini menempati wilayah Bale Endah di sebelah barat, dan Ciparay di sebelah baratnya. Punggungan tersebut memilik puncak-puncak diantaranya Gunung Kromong 908 m dpl. Gunung Geulis 1151 m dpl., Gunung Pipisan 1071 m dpl, dan di sebelah timurnya adalah Gunung Bukitcula.

Secara geografis posisi Culanagara yang berada di sebelah utara, dari lereng Bukicula memiliki posisi strategis. Posisi tinggi tersebut bisa memantau ke arah utara secara terbuka, kemudian bagian selatan dibentengi oleh jajaran perbukitan Pakutandang-Bukicula-Pasirnini. Situs Culanagara dihidupi oleh Ci Rasea, sungai yang mengalir di sisis sebelah timur lereng Bukitcula, kemudian bertemu dengan Ci Tarum di Sumbersari Ciparay.

Dalam keterangan selanjutnya, disampaikan oleh Gangan Jatnika berkaitan dengan sejarah pelarian Dipati Ukur di sekitar Ciparay. Gangan menunjukan tiga lokasi yang disebutkan dalam beberapa naskah lama, seperti yang diuraikan dalam penelitiannya Suhardi Ekadjati yang menghimpun delapan sumber naskahl versi Galuh, Sukapura, Sumedang, Bandung, Talaga, Banten, Mataram dan Batavia.

Di situs Culanagara STOP 1, Gangan menjelaskan titik-titik pelarian Dipati Ukur segelah gagal menyerang Batavia. Kekalahan pasukannya membawa akibat penangkapannya karena gagal mengusir VOC di Jayakarta pada 1629. Sultan Mataram memerintahkan penangkapan pasukan Dipati Ukur untuk dibawa ke Mataram dan dijatuhi hukuman. Untuk menghindarai penangkapan tersebut, Dipati Ukur beserta sisa pasukannya yang setia bersembunyi di tiga titik, diantaranya di sebelah utara Cekungan Bandung, di Gunung Pangporang masuk ke wilayah Subang saat ini. Pelariann selanjutnya adalah ke arah selatan, di Culanagara, Ciparay yang berjarak 40 km dari posisi pertama. Sikap demikian dituliskan sebagai pembangkangan terhadap Mataram saat itu. Dipati Ukur mengambil sikap lebih baik berontak daripada mati dibunuh (Ekadjati, 53, 1982).

Di Culanagara inilah Dipati Ukur menyamar menjadi rakya biasa, kemudian menyembunyikan seluruh simbol kerajaannya di Pabuntelan atau saat ini masuk ke dalam wilayah desa Tenjonagara, Ciparay.

Dititik kunjungan berikutnya STOP 2, tepatnya di sekitar Cihonje atau di antara punggungan Bukit Culanagara dan Pasirnini. Di titik ini dijelaskan mengenai posisi pengamantan pasukan Dipati Ukur saat melihat pergerakan tentara Mataram yang mengejarnya. Di titik ini arah pandang terbuka ke arah utara, Cekungan Bandung bagian timur. Kemudian di sebelah selatannya adalah Gunung Malabar, jajaran punggungan  Gunung Kendeng-Papandayan dan Gunung Rakutak-Dogdog di dataran tinggin Pacet.

Selanjutnya perjalanan mengunjungi STOP ke-3 di sekitar lapangan Berling, Sukapura, Kertasari. Di lokasi ini dijelaskan sejarah pembentukan Kaldera Rakutak-Dogdog, merupakan bagian dari rangkaian gunungapi Papandayan-Kendeng-Rakutak/Dogdog. Berdasarkan morfologinya, Rakutak-Dogdog diperkirakan merupakan kawah yang berukuran lebih dari 2 km atau mendekati kelas kaldera. Bila ditarik dari sisi lereng sebelah utara dan selatan, kemudian ditarik garis imajiner, diperkirakan puncaknya mencapai ketinggian lebih dari 3500 m dpl. keucutu tersebut hacur dan dibongkar melalui mekanisme letusan besar, kemudian menyisakan gawir terjal yang bisa disaksikan saat ini.

Seperti yang disampaikan oleh Deni, Gunung Rakutak menyimpan sejarah perjalanan perjuangan RI. Di tempat tersebut menjadi lokasi persembunyian DI/TII yang dipimpin oleh Sekar Maridjan Kartosoewrijo. Pelarian tersebut berlangusung hampir 14 tahun, sejak proklamasi pendirian DI/TII 1949.

STOP ke-4 di Situ Cisanti, atau hulu Ci Tarum sekitar ketinggian 1500 m dpl. Terletak di lereng sebelah utara Gunung Wayang, masuk ke dalam administratif Neglawangi, Kertasari, Bandung. Hulu sungai terpanjang di Jawa Barat ini adalah himpunan dari tujuh sumber mata air di lereng gunung. Diantaranya mata air Cisanti, Cisadane, Cikawedukan, Citarum, Cihaniwung, Cikoleberes dan Cikahuripan.

Kegiatan ditutup dengan acara pengukuhan Pengurus Korwil Bandung Raya, dan pengukuhan anggota PGWI Angkatan I, melalui DIKLAT tangal 20-21 Februari 2021 lalu. (Deni Sugandi)

Penjelasan di perbukitan intrusi Bukit Cula, Bumiwangi, Ciparay
Partisipan bersama kuncen di tugu Culanagara, Gunungleutik

Catatan Geobaik#1 Jompong

Dimulai pagi hari pada hari Sabtu, 9 Januari 2020, dimulai pada masa PPKM diperketat lagi. Kegiatan dilaksanakan menggunakan sarana kendaraan roda dua. Kegiatan dibuka dilokasi pertemuan sekitar SPBU Pasteur kemudian bergerak ke titik pertemuan ke-dua disekitar perbukitan Lagadar, Margaasih, Kabupaten Bandung Barat.

Deni Sugandi selaku pemandu geowisata, membuka kegiatan ini dengan memberikan penjelasan rencana perjalanan Geobaik#1. Perjalan wisata bumi ini menapaki kembali sejarah Danau Bandung Purba, melalui jejak pembobolan Ci Tarum di Curug Jompong dan menemukan kembali batas Danau Purba Bandung disebelah Bandung bagian barat.

Kegiatan diikuti oleh lebih dari 12 orang, berasal dari pegiat wisata, mahasiswa, praktisi wisata hingga pemandu wisata. Geobaol adalah kegiatan wisata bumi, untuk mengupas sejarah alam, hasil pembentukan alam hingga proses yang masih berlansung hingga kini. Dikemas dalam seri petulangan menggunanakan media roda dua bermotor (motor), diinisiasi oleh perkumpulan Pemandu Geowisata Indonesia.

Bandung merupakan kota yang muncul diatas gelombang air (danau). Seperti logo lama kota Bandung, dituliskan Ex Undis Sol yang berarti mentari muncul di atas gelombang (air), dicanangkan pada saat pendirian Bandung menjadi gemente atau setinggkat kotamadya pada 1 April 1906. Menandakan kota yang berdaulat, mampu mengurus dirinya sendiri secara administratif dan pemnafaatan sumber daya alama.

Penyebutan badan air tersebut diusulkan oleh walikota Bandung pertama, B. Coops bersama Dewan Kota. Usulan tersebut didasari oleh beberapa pendapat ahli geologi pada saat itu, bahwa cekungan Bandung pernah digenangi air.

Genangan air tersebut adalah Danau Bandung Purba, keberadaanya kini telah hilang karena telah surut. Setidaknya dibutuhkan waktu 16 ribu tahun lebih menjadi kering, kemudian ditempati peradaban. Cekungan Bandung ditaksir terbentuk pada Kuarte Akhir (Katili, 1963), akibat pergeseran aktivitas volkanik dari selatan ke utara. Akibatnya dataran tinggi Bandung dikelilingi oleh perbukitan dan gunungapi Kuarter di utara dan selatan, dan batuan karbonat umur Tersier di sebelah barat, yaitu perbukitan karst Citatah.

Bukti penggenangan cekungan tersebut, bisa dilihat dari bukti endapan danau (lakustrin). Terdiri dari lapisan lempung lunak, dan pasir padat dengan ketebalan yang bervariasi. Batuan dasarnya adalah lapisan batuan volkani Tersier (Dam, 1990). Dalam data pengeborannya, menunjukan pembentukan danau tersebut terjadi sekitar 126.000 tahun yang lalu, berupa batuan klastika gunungapi dan sedimen danau.

Bukti sejarahnya pengeringannya kemudian menjadi tema di kegiatan pertama Geobaik, mencari titik bobolnya Danau Bandung Purba. Perjalanan pertama diarahkan ke situs tapakbumi Gunung Lagadar 897 m dpl. Terletak di lereng sebelah timur, dikawasan perumahan Pasanggrahan Lagadar, Margaasih, Kabupaten Bandung. Terlihat singkapan yang baik berupa hasil galian kegiatan penambangan batu-pasir. Disusun oleh batuan beku berkomposisi dasitik, dicirikan dengan warna putih sedikit abu-abu dan telah lapuk. Berupa bongkah, kerikil hingga tuf. Dari lokasi ini bisa melihat bukti batuan intrusi berumur 4 juta tahun yang lalu.

Lokasi kunjungan ke-dua adalah Curug Jompong. Merupakan air terjun dialiran Ci Tarum, dan terletak persis di dua kabupaten, Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Tepatnya berada di Pataruman, Cihampelas, Kabupaten Bandung. sedikit ke arah hilir, masuk ke wilayah Selacau, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Merupakan segmen Ci Tarum bagian barat, mengerosi perbukitan intrusi batuan beku.

Saat ini alirannya surut karena telah dialihkan ke terowongan kerbar Nanjung. Sehigga bila berkesempatan hadir pada saat kemarau, menyingkapkan celah-celah dalam hasil erosi air. Bentuknya bermacam-macam, seperti kolam-kolam yang terbentuk oleh kekuatan arus air, hingga ditemuinya beberapa pothole. Bentukan alam tersebut menandakan bahwa arus Ci Tarum disegmen Curug Jompong deras, dengan debit air tinggi.

Kegiatan ditutup di dataran tinggi Bukit Gantole Lintang Panggun, Cililin. Dari titik ini partisipan diajak berdiskusi, mengupas kembali hasil kunjungan ke Lagadar dan Curug Jompong. Kegiatan ditutup tepat pukul 16.00 WIB, setelah beberapa saat berteduh di sekretariat Bukit Gantole. Ditutup sambil menyantap hidangan di Rumah Makan Manapa, Cihampelas, Cililin.

Peserta Geobaik#1 Jompong di jembatan Nanjung
Penjelasan di depan terowongan kembar Nanjung
Batuan intrusi umur 4 juta tahun, dierosi Ci Tarum
Berbagi pengalaman bersama opah Felix di Curug Jompong
Interpretasi cekungan Bandung di Bukit Gantole Cililin