Berangkat dari kurangnnya minat menulis (literasi) di kalangan pegiat alam bebas, menyebabkan miskinnya informasi mengenai kondisi alam, lingkungan dan budaya. Alasannya dikarenakan kesulitan menyusun narasi, hingga kurang paham bagaimana memulai menulis. Dengan demikian perlu pelatihan menulis populer, dan fotografi praktis menggunakan HP. Diharapkan peserta yang mengikuti pelatihan ini bisa membuat narasi bumi, berupa artikel hingga tulisan singkat di sosial media.
Kegiatan berupa pelatihan tentang penulisan populer, berupa teknik intepretasi dan fotografi menggunakan HP (smartphone) dengan fokus tema mengenai literasi bumi. Diberikan oleh para narasumber yang memiliki kompetesi dibidang masing-masing. Diantaranya penulis populer dan geograf T Bachtiar. Untuk pengenalan penulisan populer, disampaikan oleh Gan-gan Jatnika. Saat ini aktif menulis tentang gunung-gunung yang memagari Cekungan Bandung, di media bandungbergerak.id. Selanjutnya Zarindra yang membantu penjelasan geologi regional, dan Deni Sugandi yang menyampaikan materi fotografi praktis menggunakan HP.
Pelatihan ini merupakan upaya PGWI untuk menggelorakan literasi berkaitan dengan fenomena, keragaman bumi, hingga budaya yang lahir dikondisikan oleh lingkungan dan sumber daya alam.
Kegiatan diselenggarakan selama dua hari, dari tanggal 15 hingga 16 Oktober 2022. Kegiatan berupa praktek lapangan melalui inteptretasi oleh narasumber, kemudian pertemuan kelas dan diskusi. Pelatihan ini merupakan angkatan pertamaya yang diikuti oleh tujuh partisipan. Berasal dari berbagai latar belakan akademis, pekerjaan dan profesi yang beragam. Diantaranya pegawai honorer di UPTD Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, humas di destinasi wisata, mahasiswa, pelaku usaha hingga pegiat lama bebas. Seluruh peserta berasal dari Bandung Raya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh perkumpulan Pemandu Geowisata Indonesia/PGWI dan didukung jaringan broadcast televisi Ayu TVCC, produsen merchandise Rumah Komunitas, Skidaw, biro perjalanan Exotic Java Trail, dan produsen thsirt Kaos Artis.
Pematerian pertama dilaksanakan di Gunung Batu.Lembang. Dihantarkan oleh T Bachtiar, penulis aktif kebumian, ahli geografi fisik. Dalam penjelasannya menguraikan asal-usul Gunung Batu Lembang yang berumur sekitar 510.000 tahun yang lalu (Soenardi dan Koesoemadinata, 1997). Dari atas perbukitan ini, Bachtiar memberikan teknik intepretasi tentang kejadian dan pembentukan gunungapi di sebelah utara Kota Bandung. Dalam presentasinya, memperlihatkan tahapan-tahapan sejara terbentuknya Gunung Sunda. Dalam penjelasannya, rangkaian evolusi pembentukan gunugapi yang dimulai dari kegiatan Prasunda kemudian disebut Gunung Jayagiri. Pendapatnya berdasarkan batas kaldera PraSunda tersebut yang ditemui cirinya disekitar Jayagiri Lembang. Dataran tinggi disebelah utara kota Lembang, diperkirakan sebagai batas kaldera sebela selatan. Fase pertama terbentuk sekitar 560.000 hingga 500.000 tahun yang lalu.
Kemudian setelah terjadi letusan eksplosif, terbentuklah lingkar kaldera Prasunda. Seiring waktu, tumbuh kerucut gunungapi ke-dua penerus PraSunda. Disebut Gunung Sunda, sekitar 210.000 hinga 105.000 tahun yang lalu.
Kunjungan ke-dua ke Patok Triangulasi KQ 380. Terletak di SD Pakar, Ciburial. Dataran tinggi disebelah utara kota Bandung, terletak di ketinggian 900 m dpl. Di titik inilah dilaporkan penemuan serpih dan alat batu yang terbuat dari obsidian, seperti yang dilaporkan oleh peneliti Belanda. Diantaranya laporan dari Koeningswald (1935), Bandi (1951), Pantjawati (1988), dan laporan penelitian terakhir oleh Sumiati dan Ferdianto (2009). Artefak dari bahan yang dikenal gelas volkanik ini, tersebar di atas ketinggian 725 m dpl. Diantaranya ditemukan juga disekitar Pakar Dago, kemudian di titik patok triangulasi KQ 380, sebelah utara Pasir Soang, Pasir Cikebi dan sebelah barat Tugu 2.
Asal bahan tersebut didapati disebelah timur Cekungan Bandung, tepatnya di Gunung Kendan sekitar Leles Garut. Dengan demikian, diperkirakan telah terjadi jalur perdagangan antara budaya prasejarah di datataran tinggi Bandung bagian utara.
Sebagai penutup hari pertama, kunjungan ke-tiga di Tebing Karaton. Dari titik ini Deni memberikan penjelasan mengenai jalur sesar Lembang. Memanjang 29 km (Daryanto, 2014).
Menjelang siang hari, peserta menikmati makan siang di Taman Hutan Raya H. Djuanda. Dilanjutkan ke Ciburial, untuk mengikuti materi berikutnya. Jelang sore, partisipan beristirahat dikamar yang telah disediakan.
Selepas makan malam, dilanjutkan dengan kelas malam. Materi pentulisan populer yang disampaikan oleh Gan-gan Jatnika. Dalam kesempatan ini, Gan-gan memberikan beberapa pengertian dasar-dasar penulisan. Diantaranya cara memulai menulis, gaya dan diksi dalam menentukan penyusunan tulisan.
Kelas malam dilanjutkan dengan pemberian materi fotografi praktis, menggunakan HP. Disampaikan oleh Deni Sugandi, melalui informasi praktis teknis fotografi dan pemanfaatan hingga optimal kamera HP. Dalam penuturannya, Deni memperlihatkan fungsi visual fotografi mendukung tulisan. Dilakukan melalui persebaran informasi (publikasi) melalui sosial media. Perlu kebijaksanaan dalam penyebaran informasi, berkaitan dengan daya dukung, kondisi lingkungan hingga masalah sosial yang bisa timbul. Dengan demikian diperlukan informasi yang memberikan pengertian, melalu penekanan diteks atau deskripsi.
Kegiatan hari ke-dua adalah mengunjungi lava pahoehoe di kawasan Taman Hutan Raya Haji Djuanda. Tepatnya berada di bantaran Ci Kapundung, Ciburial. Lokasinya ditempuh 2 km dari kampung Sekejolang, Ciburial. Dalam perjalanan menuju lokasi, ditempuh dengan cara menuruni gawir terjal yang mengapit Ci Kapundung. Kurang lebih 30 menit melalui jalan setapak, mengarah ke jalan paving blok yang menghubungkan Tahura Djuanda pintu utara Maribaya ke Dago Pakar. Keberadaan singkapn lava tersebut dianggap menarik, karena memperliatkan struktur pahoehoe. Berupa struktur seperti tali yang disulam, sehingga T Bachtiar menyebutnya selendang Dayang Sumbi.
Acara ditutup dengan pembuatan tugas menulis singkat, disertai foto di masing-masing akun Instagram peserta. Dalam sesi penutup, partisipan sangat berkesan dengan kegiatan ini. Alasannya adalah pelaksanaan tepat sasaran, melalui penjelasan di lapangan.