Sebagai kampus yang memiliki studi tentang ilmu bumi, perlu melaksanakan kegiatan praktis yang berhubungan dengan kompetensi pemandu. Melalui Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, bekerja sama dengan Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), Pengurus Nasional. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan ditutup dengan kegiatan sertifikasi.
Pelatihan dan sertifikasi dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17 November 2024. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di ruang pertemuan Prodi Unsil,Tasikmalaya. Diikuti oleh pengampu/dosen Prodi Pendidikan Geografi.
Diikuti oleh 13 orang terdiri dari dosen tetap, dan dosen luar biasa. Dengan tujuan untuk mendapatkan kompetensi pemandu geowisata. Kegiatan praktek lapangan dilaksanakan di Gunung Papandayan, meliputi praktek pemanduan.
Narasumber berasal dari praktisi pemandu geowisata, diantaranya T Bachtiar, Deni Sugandi dan Zarindra Arya Dimas. Masing-masing memberikan materi berkaitan dengan kompetensi pemanduan geowisata, termasuk teknik pemanduan, teknik interpretasi hingga melaksanakan pemanduan dilapangan.
Kegiatan terlaksana dengan baik, mengingat kompetensi para peserta adalah pengampu bidang geografi. Sehingga kemampuan dan wawasan berkaitan keilmuannya sudah baik.
Waktu menunjukan pukul tujuh lebih dua puluh menit, beberapa peserta telah hadir. Sebagian masih dalam perjalanan, mengingat menuju lokasi pertemuan harus melewati jalur padat Dago. Tepat pukul 07.30 WIB, kegiatan dimulai dengan pembukaan singkat. Kegiatan dilaksanakan mengambil dua tempat, G. Batu dan di kegiatan kelas di Travel Tech, Ciburial Dago Bandung. Diikuti oleh 16 orang peserta, dengan latar pegiat wisata, tour operator, pemandu geowisata, hingga pelaku wisata. Bergabung di kegiatan Coaching Clinic Penyusunan Paket Geowisata, dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2024.
Kegiatan ini diinisiasi oleh asosiasi Pemandu Geowista Indonesia (PGWI), tindak lanjut kegiatan pasca sertifikasi di lima kabupaten/kota, di bulan Juni 2024. Bertujuan untuk membuka jejaring pelaku geowisata, tur operator dan pasar/user geowisata. Dengan demikian diharapkan para partisipan mampu memahami bagaimana caranya membuat tema, menyusun itinerary dan menghitung biaya produksi paket tour geowisata.
Pelaksanaan kegiatan ini bukan satu arah, sehingga membuka peluang kepada partisipan lain untuk menyampaikan pendapat. Secara formal dipandu oleh Deni Sugandi, menyampaikan teknis penyusunan tema, memilih tema serta memaknai tema tersebut menjadi cerita dalam penyusunan paket geowisata. Herdi Heryadi menyampaikan trend pariwisata, mengemas paket hingga menentukan pasar yang dituju. Disampaikan dalam suasana diskusi, sehingga para partisipan bisa berpendapat dengan tujuan menyusun materi paket geowisata.
Lokasi pertemuan persis di bawah G. Batu Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Perbukitan yang memanjang timur-barat, memisahkan dataran tinggi Bandung dan Lembang. Bagian dari Zona Sesar Lembang. Lokasi pertemuan ditetapkan di sini, dengan maksud lebih dekat dengan lokasi kunjungan stop site pertama.
Kegiatan dibuka di Gunung Batu Lembang. Tapak bumi yang paling dikenal di Bandung Utara, karena memiliki sejarah bumi. Deni Sugandi, selaku ketua pelaksana coaching ini, menyampaikan rencana kegiatan. Diantaranya mengunjungi dua titik tapak bumi geowisata, untuk meberikan gambaran produk geowisata.
Deni menyampaikan tema-tema dalam geowisata, dengan cara penunjukan langsung “barang” geowisata dilokasi. Dengan demikian para partisipan mampu menggali product knowledge, termasuk makna melalui interpretasi. Dengan demikian para partisipan dapat memahami, bagaimana caranya menempatkan objek geowisata ke dalam materi penyusunan paket geowisata. Geowista bukan kegiatan wisata berbasis geologi, tetapi menggunakan ilmu kebumian secara umum. Termasuk kearifan budaya, keunikan kebudayaan yang dipengaruhi bentang alam. Produk budaya yang khas dan unik sehingga keberadaan masyarakat lokal. Selebihnya adalah interpretasi hubung kait kondisi bumi, masyarakat yang menempati ruang-wilayah yang diekspresikan melalui produk budaya.
Itinerary yang dibuat bisa berupa kunjungan ke objek geowisata, dikaitkan dengan konteks yang masih berhubungan dengan tema. Kemampuan seperti ini layak untuk dituliskan dalam itinerary, karena menjadi haknya konsumen. Selebihnya adala kemampuan interpretasi para pemandu geowisata, melalui koridor narasi yang telah ditetapkan di itinerary.
Di Lapangan Deni menyampaikan salah satu sejarah bumi di dataran tinggi Lembang. Gunung Batu Lembang dalam tafsir geosain, merupakan bagian dari zona Sesar Lembang, Memanjang dari timur ke barat, sekitar 29 km. Penelitian sebelumnya sekitar 20 km., meliputi Maribaya di segmen timur, hingga ke sekitar Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Di Gunung Batu, Deni menyampaikan bahwa objek geowisata ini menarik untuk diusung dalam tema tentang mitigasi. Bisa juga melihat tema lainya, mengenai bahaya Zona Sesar Lembang.
Tema tersebut tentunya harus didahului oleh pengetahuan tentang objek geowisata. Tidak saja satu, tetapi beberapa lokasi kunjungan dengan keunikan yang berbeda. Kemudian disusun dalam satu tema paket geowisata.
Pemilihan judul menjadi penting, sebagai kaitan bagi para calon konsumen geowisata untuk menentukan pilihan. Dengan demikian diperlukan tata cara yang tepat, bagaimana caranya menentukan judul menarik. Setidaknya harus mengandung variabel kekinian/aktual, dan menjadi trending topic. Dengan demikian judul bisa menjadi pintu masuk (click and bait), menuju pemilihan paket oleh konsumen.
Seperti yang dituturkan oleh Herdi Heryadi selaku narasumber, menyampaikan tren pariwisata secara umum. Dalam penyampaiannya tren pariwisata mengarah kepada perjalanan wisata yang berbasis pengalaman unik. Dengan demikian paket geowisata menjadi salah satu unggulan wisata yang bisa menjadi unggulan ke depan. Langkah-langkah menuju ke sana, diantaranya harus mengandung “nilai’ keunikan, memiliki muatan edukasi serta konservasi. Value tersebut tidak perlu diperintahkan dalam paket, tetapi bisa di “attach” menjadi aktivitas. Berikutnya harus mampu memberikan pengalaman yang mengesankan, melalui interpretasi dan kegiatan fisik seperti hiking. Diharapkan mampu memberikan dampak terhadap ekonomi lokal, diantaranya memanfaatkan sumber daya lokal hingga jasa lokal.
Dalam penyampaian berikutnya, Herdi mendorong partisipan untuk memanfaatkan sosial media influencer. Termasuk mengoptimalkan konten menarik disertai foto dan video. Selanjutnya perlu untuk fokus pada narasi/story telling yang kuat. Terutama yang bisa menghubungkan dengan calon pelanggan, secara emosional. Buatlah testimoni dari wisatawan terdahulu, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan konsumen.
Buatlah kampanye pemasaran yang terarah. Menyasar segmen yang tepat dengan memanfaatkan basis data dan sesuai target konsumen. Misalnya menyasar konsumen yang perhatian kepada isu lingkungan, petualangan, atau peminat kebudayaan. Kemudian tambahkan nilai layanan, dengan cara seperti personalisasi itinerary (tailor made), disediakan pemandu ahli tematik, hingga pelayanan akses eksklusif ke lokasi. Dengan demikian bila menjalankan variabel di atas, harga penawaran berada di lini paling atas atau premium.
Dalam penjelasan penyusunan itinerary, Herdi menyarankan untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan itinerari. Dengan demikian kekurangan tersebut bisa ditutupi oleh kelebihan paket tersebut. Seperti tema yang lebih spesifik, yang belum pernah digarap oleh BPW. Walaupun memiliki tantangn tinggi, namun mampu untuk diwujudkan.
Buatlah itinerary yang bersifat khusus, dengan tematik tertentu. Khusus untuk menyasar konsumen yang ingin diistimewakan. Berbeda dengan paket-paket reguler, sehingga bisa menciptakan pasar. Walaupun bermain di niche market, tetapi ada pula konsumen yang ingin diperlakukan seperti ini. Dengan demikian harga jual secara eksplisit dan implisit jauh lebih tinggi. Terutama bila berhadapan dengan BPW, seharusnya mampu memiliki harga jual yang tinggi.
Hal yang jauh lebih penting adalah peran kolaborasi dengan lokal. Pengalihdayaan kekuatan ke lokal jauh akan lebih efektif, karena mereka memahami serta akses yang tepat. Dengan demikian geowisatawan dapat pengalaman yang autentik, termasuk pemberdayaan lokal.
Sebagai penutup disampaikan kegiatan diskusi yang disampaikan secara santai. Beberapa partisipan turut mengelaborasi beberapa hal yang menjadi tema utama. Sebagai penutup, Deni menyampaikan bahwa value dalam penyusunan paket geowisata sangat penting. Kekuatan tersebut menjadi penentu bagi konsumen, untuk menetapkan pilihan paket. Selebihnya adalah upaya untuk mempertahankan kualitas paket geowisata, termasuk upaya upgrading bila paket geowisata. Selain memberikan pengalaman baru, menentukan segmen pasar hingga nilai yang seharusnya lebih tinggi dari paket geowisata reguler..
Transfer: BRI REK 035401003124561 Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia
Syarat dan ketentuan
Diutamakan bagi pegiat/pemandu geowisata, pernah mengikuti pelatihan kepemanduan geowisata atau aktif sebagai pemandu geowisata.
Diharapkan untuk mengatur moda transportasi pribadi. Disarankan membawa kendaraan roda dua/motor.
Membawa alat tulis, pakaian lapangan (opsi laptop)
Inisiator Dilaksanakan oleh organisasi PGWI. Mendorong penguatan jejaring, upgrading dan memelihara kompetensi anggotanya. Pelaksanaan acara bersifat probono-bagian dari program kegiatan organisasi.
Telah dilaksanakan kegiatan sertifikasi profesi, skema pemandu geowista di dua tempat di Bandung Raya. Tanggal 22 Juni 2024 di Cidadap, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Kemudian disusul di Tahura Ir. Djuanda Bandung. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan penyetaraan kompetensi, mencapai standar nasional untuk para pemandu geowisata.
Kegiatan ini terlaksana melalui anggaran dari sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi/BNSP, melalui paket Program Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK) tahun anggaran 2024. Dilanjutkan melalui LSP Pramuwisata Indonesia (LSP Pramindo), bekerja sama dengan Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), sebagai pengguna anggaran. Dalam pelaksanaanya dibantu oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat, melalui Bidang Industri Pariwisata yang menaungi sumber daya manusia.
Pelaksanaan program PSKK 2024 ini diserap oleh PGWI sebanyak 6 paket, yang terdiri dari 120 peserta (asesi). Disebarkan melalui jejaring organisasi Dewan Pengurus Wilayah di provinsi Jawa Barat, diantaranya di Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kota Bandung dan Kabupaten Majalengka. Pelaksanaan pertama di TIC BKSDA, Cagar Alam Pangangandaran, sejumlah 20 orang. Kemudian tanggal 22 Juni 2024 di Balai FP2KC, yang diikuti oleh pegiat, pemandu geowisata sekitar Kabupaten Bandung Barat. Semua kegiatan dilaksanakan melalui jejaring Dewan Pengurus Wilayah/DPW Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia.
Rangkaian selanjutnya di Tahura Ir. Djuanda, Dago Pakar, Bandung. sebelumnya dilaksanakan kegiatan pelatihan, 22 Juni 2024 disekitar wilayah Tahura. Kegiatan dibuka oleh perwakilan dari UPTD Tahura Ir. Djuanda, dilanjutkan oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung. Pelatihan mengambil tempat di kawasan Tahura, dari Sekejolang hingga ke gerbang Gua Belanda. Hadir narasumber dalam kegiatan ini diantaranya T Bachtiar, memberikan narasi yang berkaitan dengan toponimi di wilayah yang dilalui. Menjelaskan tafsir Ci Kapudung, yang diambil nama tumbuhan di sekitar bantaran sungai.
Fajar Lubis, dan dibantu oleh Zarindra Aryadimas menguraikan asal-usul pembentukan lava Pahoehoe di bantaran Ci Kapudung sektiar Sekejolang. Lava produk G. Tangkubanparahu yang mengalir hasil kegiatan letusan efusif. Jejak letusan sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Kegiata pelatihan berupa hiking mengikuti bantaran Ci Kapundung, mulai dari Sekejolang, hingga Gua Belanda. Sesi terakhir disampaikan teknik pemanduan, oleh Hadi yang berprofesi sebagai tour guide profesional.
Hasi kegiatan pelatihan, kemudian dibawa dalam kegiatan sertifikasi. Dilaksanakan dan dibuka di ruang audio visual UPTD Tahura Ir. Djuanda. Diikuti oleh 40 orang peserta (asesi), berasal dari pegiat dan pemandu disekitar Bandung Raya dan luar kota Bandung. Diantaranya perwakilan Dewan Pengurus Wilayah Bekasi Raya, Majalengka Raya yang mengirmkan beberapa perwakilan. Kegiatan ditutup pkl. 15.00 WIB, melalui beberapa testimoni peserta. Menyataan sangat bersyukur membuka jaringan, silturahmi hingga mengenal geowisata lebih jauh. Ditandaskan oleh Deni Sugandi, selaku ketua Pemandu Geowisata Indonesia, Pengurus Nasional, mengajak seluruh peserta untuk bergabung dalam wadah organisasi. Dengan demikian para pemandu geowisata tetap terpelihara kompetensinya, kemudian sebagai saraha silaturahmi jejaring pemandu geowisata di Indonesia. Dengan demikian para pemandu yang telah memiliki standar nasional, diupayakan haknya agar bisa diterima diindustri pariwisata Indonesia.
Kegiatan yang diinisiasi oleh asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), melalui kegiatan mandiri-probono. Dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Juni 2014. Berupa pelatihan singkat, bagi para pegiat, pemandu lokal dan pegiat konservasi lingkungan di kawasan Perbukitan Karst Padalarang. Bertujuan mempersiapkan para calon peserta, yang akan diikut sertakan dalam kegiatan sertifikasi skema pemandu geowisata. Pelaksanaanya di hari sabtu, 22 Juni 2024, di Aula FP2KC Cidadap, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. kegiatan pelatihan dilaksanakan di Pasir Pawon, atau saat ini dikenal dengan Wisata Stone Garden, di Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Pelatihan dimulai pukul 07.00 WIB dan diahiri hingga menjelang sore, bertempat di sekitar Pasir Pawon, Citatah, Padalarang. Diikuti oleh 20 orang lebih, dari pegiat, pemandu lokal, pelaku konservasi kawasan Citatah, hingga mahasiswa pariwisata. Kegiatan dibuka semi formal oleh Deni Sugandi, selaku Ketua PGWI Pengurus Nasional. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Dinas Pariwisata Budaya, Kabupaten Bandung Barat diwakili Ukas Maulana, Jabatan Fungsi di Pemasaran Pariwisata. Menyatakan ucapan terima kasih kepada organisasi (PGWI), yang telah memberikan kesempatan kepada para pegiat geowisata di bawah wilayah kerja dinas pariwisata Kabupaten Bandung Barat. Ditambahkan pula, bahwa wilayah KBB sangatlah luas, sehingga perlu untuk digali potensinya untuk kemaslahatan warga/pelaku lokal melalui geowisata.
Narasumber yang hadir berasal dari organisasi PGWI. Dimateri pertama, Deni Sugandi menyampaikan dasar-dasar pengertian sejarah bumi. Khususnya genesa perbukitan karst Citatah, Padalarang. Deni menyampaikana pengertian geowisata, sebagai dasar berkegiataan wisata. Seperti diobjek geowisata Pasir Pawon, berupa puncak bukit yang dihiasi oleh kerucut karst hasil kegiatan pelaturan sekitar lima juta tahun yang lalu. Selain itu didapati bukti binatang laut yang tercetak difragmen batugamping, berupa fosil kerang, branching dan sebagainya. Dalam kesempatan pemberian materi, Deni menjelaskan geologi regional kawasan Karst Citatah, merupakan bukti batuan tua homogen yang membatasi bagian barat Cekungan Bandung.
Dalam pelatihan ini ditandaskan perlunya menggali narasi, yang sifatnya informasi valid. Seperti mencari data melalui hasil penelitian, kemudian dirangkum menjadi sumber narasi atau story telling dalam kegiatan pemanduan geowisata. Dengan demikian diperlukan kemampuan untuk menggali informasi valid, melalui data penelitian, wawancara ahli dan mencari diingatan kolektif masyarakat. Narasi geowisata bisa berupa data ilmiah tentang prose dinamika bumi, cerita rakyat yang memiliki hubung kait dengan tapak bumi yang dikunjungi.
Selanjutnya, Sodikin Kurdin dan Adrian Agoes mengarahkan para peserta pelatihan, praktek pemanduan. Lokasi mengambil tempat di Pasir Pawon/Stone Garden, dengan cara praktek bergantian. Beberapa peserta memiliki kemampuan untuk merangkai cerita, tetapi ada pula yang perlu mencari data yang valid. Partisipan merasa terbantu melalui pelatihan ini, karena mendapatkan langsung teknis pemanduan melalui kegiatan praktek. Kegiatan ini dikondisikan untuk menghadapi kegiatan sertifikasi, yang akan dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2024, di Balai FP2KC, Cidadap, Padalarang, Kabupatan Bandung.
Kegiatan Pelatihan dan Sertifikasi diinisiasi melalui progam Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja(PSKK) melalui anggaran BNSP Tahun 2024.
Mempercepat pengakuan industri dan sektor terhadap tenaga kerja bersertifikat kompetensi. Memfasilitasicalon tenaga kerja/tenaga kerja untuk mendapatkan sertifikat kompetensi melalui Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja oleh LSP . Mengoptimalkan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja oleh LSP yang berorientasi pada permintaan industri tehadap tenaga kerja kompeten yang memiliki sertifikat kompetensi. Memfasilitasi kerjasama LSP dengan dunia usaha/industri dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja kompeten bersertifikat kompetensi.
Progam ini dirteruskan melalui Lembag Sertifikasi Pemandu Pramuwisata Indonesia (LSP Pramindo), bekerja sama dengan Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI). Berjumlah 120 peserta, melalui jaringan organisasi ke lima kota dan kabupaten. Diantaranya Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Majalengka, Kabupaten Bogor, Kabupaten Pangadaran. Dalam jaringan Geopark Nasional maupun ispiring. Dilaksanakan di sepanjang bulan Juni 2024, dengan pelaksanaan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata danBudaya Provinsi Jawa Barat, dilanjutkan dinas pariwisata di tingkat daerah.
Sertifikasi pemandu geowisata memiliki banyak kepentingan, di antaranya:
Profesionalisme: Sertifikasi menegaskan bahwa seorang pemandu wisata memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk memberikan pengalaman wisata yang berkualitas kepada wisatawan. Ini membangun kepercayaan dalam industri pariwisata dan meningkatkan reputasi pemandu tersebut.
Standar Keselamatan: Pemandu wisata bersertifikasi telah menerima pelatihan dalam aspek-aspek keselamatan yang relevan, seperti pertolongan pertama dan evakuasi darurat. Hal ini penting untuk memastikan keselamatan wisatawan selama perjalanan.
Pengetahuan Lokal: Pemandu wisata yang disertifikasi cenderung memiliki pengetahuan mendalam tentang destinasi wisata yang mereka pandu. Mereka dapat memberikan informasi yang akurat dan menarik tentang sejarah, budaya, alam, dan tempat-tempat menarik lainnya yang dikunjungi.
Menjaga Lingkungan: Sebagian besar sertifikasi pemandu wisata juga mencakup aspek-aspek keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Pemandu yang disertifikasi dilatih untuk memimpin tur secara bertanggung jawab, meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan kepada wisatawan.
Pembangunan Karier: Sertifikasi dapat membuka peluang karier yang lebih luas bagi pemandu wisata, termasuk kesempatan untuk bekerja dengan agen perjalanan yang lebih besar, perusahaan penerbangan, atau kru kapal pesiar yang menuntut standar tertentu dari pemandu mereka.
Peningkatan Daya Saing: Di pasar yang semakin kompetitif, memiliki sertifikasi dapat membedakan seorang pemandu dari yang lain. Ini dapat membantu pemandu tersebut menarik lebih banyak klien dan meningkatkan daya saingnya dalam industri pariwisata.
Perlindungan Konsumen: Wisatawan yang menggunakan jasa pemandu yang bersertifikasi memiliki jaminan bahwa mereka akan menerima layanan yang memenuhi standar tertentu. Ini memberikan perlindungan tambahan bagi konsumen dan mengurangi risiko pengalaman wisata yang buruk.
Asosiasi Pemandu Geowisata Indonesia (PGWI), menyelengarakan pelatihan skema Pemandu Geowisata dan sertifikasi (BNSP). Dilaksanakan pada bulan Juni 2024. Lokasi di Jawa Barat.
Tempat dan waktu 19 Juni 2024. TIC SBKSDA Resor Cagar Alam Pangandaran 22-23 Juni 2024. Tahura Ir. Djuanda, Dago, Bandung 29 Juni 2024. Kantor Dinas Parbud Majalengka 30 Juni 2024. Kabupaten Bogor
Syarat
Minimal usia 18 tahun (KTP)
Minimal SMA sederajat (Ijazah terakhir)
(file) CV dan Pasfoto latar merah 3×4 cm
Memiliki sertifikat pelatihan Pemandu Geowisata atau
Bukti kerja sebagai Pemandu Geowisata 3 tahun
Pendaftaran Investasi Rp. 500.000.
Termasuk Konsumsi, materi-trainer, sertifikat pelatihan, fasilitas pelatihan, dan sertifikasi BNSP skema pemandu geowisata.
Tidak termasuk Akomodasi, transportasi selama kegiatan
Kuota pendaftar terbatas, ditutup sampai tanggal 10 Juni 2024. Bila kuota terpenuhi, pendaftaran ditutup.
Seiring dengan kegiatan pelatihan pemandu geowisata di Hotel Golden Resto Wonogiri, Jawa Tengah, dilakukan deklarasi sekaligus pendirian PGWI Dewan Pengurus Wilayah Gunung Sewu.
Pendirian pengurus ini merupakan aspirasi peserta pelatihan, agar tali silaturahmi para peserta tetap terjalin. Selain itu diperlukannya wadah organisasi yang bisa menaungi profesi pemandu geowisata di wilayah Wonogiri, dan Geopark Gunung Sewu pada umumnya. Wadah pemandu ini diharapkan kelak, mampu menjadi mitra dengan Badan Pengelola UGGp Gunung Sewu dan pemerintah daerah melalui Dinas Pemudan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Wonogiri.
Pemilihan susunan pengurus dilaksanakna secara musyawarah, dipimpin ketua sidang Subur dan Alfita selaku sekretaris. Sidang musnyawarah pembentukan pengurus, disaksikan langsung oleh Ketua PGWI Deni Sugandi, kemudian Zarindra selaku Kabid Diklat, dan T Bachtiar selaku Dewan Pengawas PGWI Dewan Pengurus Nasional.
Musyarwarah dilaksanakan selepas kegiatan pelatihan, dimulai pada pukul 20.00 WIB dan berakhir di 21.30 WIB. Dengan menunjuk beberapa nama hasil aspirasi dari para peserta sidang.
Keputusan sidang menuliskan nama-nama yang duduk DPW Gunung Sewu. Diantaranya Suryanto duduk sebagai ketua DPW, kemudian Ari Winanto selaku wakil ketua.
Bendahara adalah Estu Kinasih, Devi. Kemudian posisi sekretaris Arianto, Alfita P. Bidang-bidang diantaranya Dwi Hatmojo kabid humas, Tatang kabid sumber daya manusia/SDM, kemudian Rudiyanto sebagai kabid kerjasama dan Prasetyaningsih sebagai bidang penelitian dan pengembangan/litbang.
Kemudian disusunan dewan pembina adalah Subur, dan mengusulkan nama-nama dari pemerintahan daerah diantaranya Kepala Disporapar Kabupaten Wonogiri sebagai ex-officio di dewan pembina.
Pembentukan ini diharapkan mampu mewadahi para peserta, dalam peningkatan profesionalitas, jejaring silaturahmi dan wadah profesi. Terutama untuk para pelaku pemanduan geowisata di kawasan Geopark Gunung Sewu. Langkah kedepannya adalah pembenahan intern, koordinasi dan konsolidasi.
Seiirng dengan kegiatna revalidasi UGGp Gunung Sewu, diantaranya perlu peningkatan SDM Pemandu geowisata di geosite yang berada di bawan naungan geopark. Bertempat di Golden View di Godean, Wonogiri, pemerintah daerah, melalui Dinas Pariwisata Pemudan, Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Wonogiri, melaksanakan kegiatan Pelatihan Pemandu Geowisata. Berlangsung selama tiga hari, mulai 17 hingga 19 Oktober 2023. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 40 orang, dari unsur pengelola geosite, pemandu geowisata, pelaksana lapangan, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Berangkat dari kurangnnya minat menulis (literasi) di kalangan pegiat alam bebas, menyebabkan miskinnya informasi mengenai kondisi alam, lingkungan dan budaya. Alasannya dikarenakan kesulitan menyusun narasi, hingga kurang paham bagaimana memulai menulis. Dengan demikian perlu pelatihan menulis populer, dan fotografi praktis menggunakan HP. Diharapkan peserta yang mengikuti pelatihan ini bisa membuat narasi bumi, berupa artikel hingga tulisan singkat di sosial media.
Kegiatan berupa pelatihan tentang penulisan populer, berupa teknik intepretasi dan fotografi menggunakan HP (smartphone) dengan fokus tema mengenai literasi bumi. Diberikan oleh para narasumber yang memiliki kompetesi dibidang masing-masing. Diantaranya penulis populer dan geograf T Bachtiar. Untuk pengenalan penulisan populer, disampaikan oleh Gan-gan Jatnika. Saat ini aktif menulis tentang gunung-gunung yang memagari Cekungan Bandung, di media bandungbergerak.id. Selanjutnya Zarindra yang membantu penjelasan geologi regional, dan Deni Sugandi yang menyampaikan materi fotografi praktis menggunakan HP.
Pelatihan ini merupakan upaya PGWI untuk menggelorakan literasi berkaitan dengan fenomena, keragaman bumi, hingga budaya yang lahir dikondisikan oleh lingkungan dan sumber daya alam.
Kegiatan diselenggarakan selama dua hari, dari tanggal 15 hingga 16 Oktober 2022. Kegiatan berupa praktek lapangan melalui inteptretasi oleh narasumber, kemudian pertemuan kelas dan diskusi. Pelatihan ini merupakan angkatan pertamaya yang diikuti oleh tujuh partisipan. Berasal dari berbagai latar belakan akademis, pekerjaan dan profesi yang beragam. Diantaranya pegawai honorer di UPTD Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, humas di destinasi wisata, mahasiswa, pelaku usaha hingga pegiat lama bebas. Seluruh peserta berasal dari Bandung Raya. Kegiatan ini dilaksanakan oleh perkumpulan Pemandu Geowisata Indonesia/PGWI dan didukung jaringan broadcast televisi Ayu TVCC, produsen merchandise Rumah Komunitas, Skidaw, biro perjalanan Exotic Java Trail, dan produsen thsirt Kaos Artis.
Pematerian pertama dilaksanakan di Gunung Batu.Lembang. Dihantarkan oleh T Bachtiar, penulis aktif kebumian, ahli geografi fisik. Dalam penjelasannya menguraikan asal-usul Gunung Batu Lembang yang berumur sekitar 510.000 tahun yang lalu (Soenardi dan Koesoemadinata, 1997). Dari atas perbukitan ini, Bachtiar memberikan teknik intepretasi tentang kejadian dan pembentukan gunungapi di sebelah utara Kota Bandung. Dalam presentasinya, memperlihatkan tahapan-tahapan sejara terbentuknya Gunung Sunda. Dalam penjelasannya, rangkaian evolusi pembentukan gunugapi yang dimulai dari kegiatan Prasunda kemudian disebut Gunung Jayagiri. Pendapatnya berdasarkan batas kaldera PraSunda tersebut yang ditemui cirinya disekitar Jayagiri Lembang. Dataran tinggi disebelah utara kota Lembang, diperkirakan sebagai batas kaldera sebela selatan. Fase pertama terbentuk sekitar 560.000 hingga 500.000 tahun yang lalu.
Kemudian setelah terjadi letusan eksplosif, terbentuklah lingkar kaldera Prasunda. Seiring waktu, tumbuh kerucut gunungapi ke-dua penerus PraSunda. Disebut Gunung Sunda, sekitar 210.000 hinga 105.000 tahun yang lalu.
Kunjungan ke-dua ke Patok Triangulasi KQ 380. Terletak di SD Pakar, Ciburial. Dataran tinggi disebelah utara kota Bandung, terletak di ketinggian 900 m dpl. Di titik inilah dilaporkan penemuan serpih dan alat batu yang terbuat dari obsidian, seperti yang dilaporkan oleh peneliti Belanda. Diantaranya laporan dari Koeningswald (1935), Bandi (1951), Pantjawati (1988), dan laporan penelitian terakhir oleh Sumiati dan Ferdianto (2009). Artefak dari bahan yang dikenal gelas volkanik ini, tersebar di atas ketinggian 725 m dpl. Diantaranya ditemukan juga disekitar Pakar Dago, kemudian di titik patok triangulasi KQ 380, sebelah utara Pasir Soang, Pasir Cikebi dan sebelah barat Tugu 2.
Asal bahan tersebut didapati disebelah timur Cekungan Bandung, tepatnya di Gunung Kendan sekitar Leles Garut. Dengan demikian, diperkirakan telah terjadi jalur perdagangan antara budaya prasejarah di datataran tinggi Bandung bagian utara.
Sebagai penutup hari pertama, kunjungan ke-tiga di Tebing Karaton. Dari titik ini Deni memberikan penjelasan mengenai jalur sesar Lembang. Memanjang 29 km (Daryanto, 2014).
Menjelang siang hari, peserta menikmati makan siang di Taman Hutan Raya H. Djuanda. Dilanjutkan ke Ciburial, untuk mengikuti materi berikutnya. Jelang sore, partisipan beristirahat dikamar yang telah disediakan.
Selepas makan malam, dilanjutkan dengan kelas malam. Materi pentulisan populer yang disampaikan oleh Gan-gan Jatnika. Dalam kesempatan ini, Gan-gan memberikan beberapa pengertian dasar-dasar penulisan. Diantaranya cara memulai menulis, gaya dan diksi dalam menentukan penyusunan tulisan.
Kelas malam dilanjutkan dengan pemberian materi fotografi praktis, menggunakan HP. Disampaikan oleh Deni Sugandi, melalui informasi praktis teknis fotografi dan pemanfaatan hingga optimal kamera HP. Dalam penuturannya, Deni memperlihatkan fungsi visual fotografi mendukung tulisan. Dilakukan melalui persebaran informasi (publikasi) melalui sosial media. Perlu kebijaksanaan dalam penyebaran informasi, berkaitan dengan daya dukung, kondisi lingkungan hingga masalah sosial yang bisa timbul. Dengan demikian diperlukan informasi yang memberikan pengertian, melalu penekanan diteks atau deskripsi.
Kegiatan hari ke-dua adalah mengunjungi lava pahoehoe di kawasan Taman Hutan Raya Haji Djuanda. Tepatnya berada di bantaran Ci Kapundung, Ciburial. Lokasinya ditempuh 2 km dari kampung Sekejolang, Ciburial. Dalam perjalanan menuju lokasi, ditempuh dengan cara menuruni gawir terjal yang mengapit Ci Kapundung. Kurang lebih 30 menit melalui jalan setapak, mengarah ke jalan paving blok yang menghubungkan Tahura Djuanda pintu utara Maribaya ke Dago Pakar. Keberadaan singkapn lava tersebut dianggap menarik, karena memperliatkan struktur pahoehoe. Berupa struktur seperti tali yang disulam, sehingga T Bachtiar menyebutnya selendang Dayang Sumbi.
Acara ditutup dengan pembuatan tugas menulis singkat, disertai foto di masing-masing akun Instagram peserta. Dalam sesi penutup, partisipan sangat berkesan dengan kegiatan ini. Alasannya adalah pelaksanaan tepat sasaran, melalui penjelasan di lapangan.