Catatan Singkat Geourban#5 Cimahi Hulu

Sungainya menyempit, dipagari oleh tembok dengan tinggi 1,3 meter. Berkelok-kelok memotong kantor pemerintahan kota Cimahi. Alirannya kemudian terus mengalir mengikuti dataran lebih rendah ke arah Cimahi Selatan. Setelah memotong kota melalui perumahan dan kawasan industri, alirannya bermuara di Ci Tarum segmen Curug Jompong. Ci Mahi merupakan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Ci Tarum, membentang sepanjag Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sungai yang bermuara di sekitar G. Tangkubanparahu, kemudian ditangkap di bendungan Situ Lembang di sekitar ketinggian 1574 m dpl kemudian mengalir menuruni lereng, hingga titik terendah dipertemuan dengan Ci Tarum di Nanjung pada elevasi 649 m dpl.

Panjang sungai utamanya adalah 30.6 km, dengan kemiringan rata-rata 17.84% dan kelliling DAS 66 km (Safarina dan Ramli, 2015). Dalam kegiatan geowisata yang dikemas dalam series ekskursi Geourban#5 (29/1, 2022), mengambil di segmen tengah, mulai dari perkantoran Kota Cimahi, hingga Curug Bugbrug yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Dalam peta Geologi Gunungapi Tangkubanparahu, Soetoyo dan Hadisantono, 1992, menginteptretasikan lintasan Ci Mahi adalah sesar dengan arah utara selatan, namun tidak nampak dipermukaan.

Titik kunjungan pertama di Plaza Rakyat Pemkot Cimahi. Plaza yang bersebelahan dengan kantor Pamong Praja Cimahi, dipotong oleh Ci Mahi. Penantaan sungainya ditembok dengan lebar kurang lebih 3 meter, dan tinggi antaran 1,5 meter hingga 2 meter. Pada saat kunjungan, debit airnya surut karena alirnya dibelokan melalui irigasi-irigasi untuk pengairan sawah dan ladang di bagian hulu. Manajemen disain sungai ditembok, bermaksud mempercepat aliran sungai dan tidak mengerosi bantaran sungai.

Dalam laporan BPBD Kota Cimahi, banjir di ruas utama Ci Mahi seringkali terjadi terutama pada puncak musim penghujan, atau sekitar bulan Desember hingga Februari. Pada 19 Desember 2013 dilaporkan terjadi dampak banjir dari luapan sungai, menggenai jalan Amir Machmud, di sekitar kelurahan Cigugur. Tinggi genangan mencapi 50 cm. Pada 21 Januari 2014 terjadi luapan Ci Mahi di daerah Pemkot Cimahi, dipicu oleh adanya pengoperasian Balai Perikanan. Luapan airnya menggenangi jalan protokol kota Cimahi, hingga mencapai tinggi genangan 1 m.

Peristiwa luapan sungai tersebut berasal dari meluapnya muka air sungai yang tidak tertampung oleh Ci Mahi. Penyebabnya bisa jadi karena perbedaan batas wilayah sungai, dan batas wilayah kota yang saling berebut lahan.

Geourban#5 bermaksud melihat kembali pengangan tata guna lahan, hingga permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sungai kota melalui kupasan ilmu kebumian. Diikuti oleh dua belas orang peserta, dengan latar belakang beragam. Mulai dari pengajar pariwisata vokasi, pegiat wisata, institusi BPBD, komunitas lingkungan hingga pegiat wisata alam. Kegiatan ini dimulai dari titik kota, menyusuri Ci Mahi hingga segmen hulu. Acara dimulai tepat pukul 07.30 wIB, mengambil tempat di Plaza Pemkot Cimahi dan dibuka oleh Deni Sugandi, selaku pemandu geowisata. Penyampaian brifing singkat, serta penjelasan posisi geografis rencana kegiatan. Disambut selanjutnya oleh Fajar Lubis, ahli hidrogeologi. Menguraikan geologi regional cekungan Bandung, dan posisi Ci Mahi yang mengalir dari utara ke selatan.

Di titik ke-dua mengunjungi wisata alam yang dikelola oleh warga Ciawitali, Citeureup, Cimahi Utara, Kota Cimahi. Destinasi wisata alam dan desa, terletak dilembah Ciawitali yang dibelah oleh Ci Mahi. Berupa sarana pariwisata seperti saung, dan sarana wisata kebun yang sering menerima kunjungan wisatawa untuk makan siang khas Sunda. Dikelola oleh Ujang Sutaryat selaku ketua komunitas Pakusunda, Ciawitali. Menuturut pa Ujang, pada awal tahun 80-an, Ci Mahi yang melalui wisata Saung Ciawitali Batupoyan mengalir bersih. Kadang dimanfaatkan sebagai sumber air baku warga sekitar, hingga kegiatan untuk mandi. Ia mengenang bahwa pada waktu mudanya, ia sering berenang, dan memanfaatkan Bayupoyan untuk sekedar berjemur mengusir basah setelah berenang di sungai. Namun akhir 2017 lokasi tersebut secara bertahap menjadi lokasi pembuangan sampah warga sekitar.Batupoyan ditelan oleh tumpukan sampah yang menggunung, sehingga tidak ada lagi aktivitas berenang dan berjemur di atas Batupoyan. Pada akhir 2020, pa Ujang melalui komunitas Pakusunda, menata ulang kawasan Ciawitali termasuk melakukan pembersihan sampah. Langkah selanjutnya adalah mendorong menjadi destinasi wisata alam dan budaya, disebut Saung Ciawitali Batupoyan. Menyediakan beberapa saung-saung bambu yang ditata sesuai lahan yang tersedia, dikelilingi pesawahan yang masih digarap.

Batupoyan atau batu untuk berjemur, berupa bongkah dengan struktur breksi gunungapi, disusun oleh fragmental batu lava, pasir, dan kerikirl yang menyudut tesemenkan oleh tuf. Terbentuk hasil dari longsoran gegerpuing (debri avalance), material yang dimuntahkan oleh aktivitas letusan G. Tangkubanparahu antara 50.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Sebarannya berupa kipas volaknik, melebar barat-timur, menutupi sebagian utara Kabupaten Bandung, Ngamprah dan sebagian Cimahi.

Kunjungan berikutnya adalah Curug Panganten, di sebelah utara Ciawitali. Masuk ke dalam Padaasih, Cisarua. Air terjun yang mengalir di atas aliran lava, letudan G. Tangkubanparahu. Dicirikan dengan gawir terjal, dan tegak, disusun oleh lava tebal berwarna abu-abu ke gelap. Tinggi air terjun kurang lebih 8 meter, mengalir melalui celah sempit dan dibagian dasarnya membentuk kolam. Terbentuk karena dasar tebing disusun oleh batuan yang mudah tererosi, diantaranya breksi. Endapan volkanik dari letusan sebelumnya, baik itu diendapan melaui mekanisme aliran dan jatuhan. Seiring waktu tererosi oleh air terjun, mementuk ceruk yang dalam. Ditepi kolam terlihat bongkah-bongkah lava hasil jatuhan, akibat dierosi oleh aliran Ci Cimahi.

Di stop berikutnya adalah mengamati Ci Mahi yang digeser oleh Sesar Lembang, di sekitar Padaasih yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Secara umum menggunakan bantuan alat ukur di Google Maps, jarak yang bergeser kurang lebih 379 meter dengan arah sumbu timur ke barat. Disusun oleh

Dari titik pengamatan dari titik tinggi sekitar taman pemakaman Padaasih, terlihat lembah yang dalam, dierosi kuat oleh Ci Mahi. Bagian dasarnya memiliki lebar sekitar 60 hingga 80 meter, berupa dataran banjir (flood plain) yang dimanfaatkan menjadi perkebunan dan sawah warga. Dindingn tegaknya, berkisar antara 60 hingga 75 meter. Membentuk celah yang dalam yang terbentuk oleh sesar geser mengiri. Dari studi geodesi memperlihatkan laju pergeseran sinistral Sesar Lembang adalah 3-14 mm per tahun (Abidin dkk., 2008; Abidin dkk., 2009).

Kegiatan penutup menunjungi Curug Bugbrug. Masih dalam aliran Ci Mahi, terletak di sebelah utara Curu Cimahi. Masuk ke dalam wilayah Kertawangi, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Di bagian dasar curug, terlihat dinding tegak yang disusun oleh aliran lava hasil letusan G. Sunda yang berselang seling dengan aliran piroklastik dari sumber yang sama (Soetoyo dan Hadisantono, 1992). Umur endapan piroklastik melalui pengukuran arang kayu, berumur 38.300 tahun (Hadisantoso, 1988).

Geourba#5 ditutup dengan diskusi dan tanya jawab, mengenai sungai yang mengali dari utara ke selatan membelah kota Cimahi. Dari perjalan singkat tersebut, partisipan bisa melihat langsung, melalui pemaknaan rahasia bumi melalui susur Ci Mahi dari segmen kota Cimahi hingga ke bagian hulu. Alam membentuk sedemikian rupa, agar terjadi keseimbangan di dalamnya, sehingga diperlukan pengertian tersebut, dalam rangka pengelolaan dan penataan melalui kebijakan dan penetapan regulasi yang berpihak wawasan lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *