Catatan Singkat Geourban#4 Cimahi

Untuk yang ke-empat kalinya, pada 18 Desember 2021, asosiasi profesi Pemandu Geowisata Indonesia Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Wilayah Bandung Raya, menyelenggarakan kegiatan geowisata di sekitar Cimahi Selatan. Kota yang dihimpit oleh Kota Bandung di sebelah timur, Kabupaten Bandung Barat di sebelah barat dan utara, sedangkan Kabupaten Bandung berada di sebelah selatannya. Walaupun ruang lingkupnya tidak lebih dari 40,37 kmĀ² (Pemkot Cimahi, 2021), memiliki potensi yang tersembunyi yang siap dikupas melalui kegiatan geowisata.

Dalam kegiatan Geourban#4 Cimahi, bermaksud menunjukan potensi geowisata di kota yang dibelah oleh Ci Mahi. Dikesemapatan ini, menggali potensi geowista di Kecamatan Cimahi Tengah dan Selatan, diantaranya di sekitar Cibeber, dan Leuwigajah. Dalam beberapa referensi, bukit adalah tinggian yang memiliki titing tertinggi tidak lebih dari 600 m dari dasar rata-rata. Sedangkan gunung tentunya lebih dari itu, kemudian dicirikan memiliki lereng terjal.

Kunjungan pertama adalah mendaki puncak G. Bohong. Tinggi 896 m dpl. atau kurang lebih 150 m dari naik dasar lapangan tembak. Dipuncaknya telah disematkan Patung Kujang lambang kesatuan Brigif 15 Kujang, yang menaungi markas kesatuan di sebelah tenggaranya. Penguasaan wilayahnya di bawah administrasi Brigif, namun pengelolaannya diserahkan kepada pa Engkos, selaku warga yang diserahi tanggung jawab untuk mejaga kebersehinan lokasi. Demi menutupi ongkos kerja, ia bersama istrinya membuka warung alakadarnya, jasa mie rebus instan dan kopi.

Dari titik tinggian ini Deni Sugandi selaku pemandu geowisata, memberikan penjelasan intepretasi bentang alam yang tersuguh didepan partisipan. Dalam catatan Belanda, disebut Het Bogen, atau melengkung yang bisa ditafsirkan bentuk tinggian yang melekungkung. Seiring waktu dilafalkan bohong oleh warga lokal, karena kurang mampu mengucapkan dalam bahasa asing. Di sebelah utara terlihat dua kerucut gunungapi G. Burangrang sisa dari sistem kaledera Sunda. Sedikit bergeser ke arah kananya, jelas terlihat bentuk perahu terbalik. Khasnya G. Tangkubanprahu. Kemudian bergeser ke arah timur, berjajar pegunungan purba grup Manglayang-Palasari-Bukittunggul. Sedikit ke arah timur terlihat kerucut tajam dalam samar, G. Cireme diperbataasan Majalengka-Kuningan dan Cirebon.

G. Bohong merupakan perbukitan intrusi yang tumbuh hasil dari kegiatan magmatisme, menembus zona lemah, kelucurusan utara selatan. Muncul bersamaan dengan perbukitan intrusi lainya, seperti G. Lagadar, Selacau, Pancir dan beberapa kerucut-kerucut lainya. Kelompok perbukitan intrusi ini berumur berumur 4,08 juta tyl dan 4,05 jt tyl, hasil analisis K-Ar batuan di Selacau dan Paseban (Sunardi dan Koesoemadinatan, 1999).

Tepat dibawahnya diterobos oleh proyek Kereta Api Cepat Indonesia Cina, disingkat KCIC segmen 11, dari 13 terowongan. Panjangnnya 500 meter, menembus batuan instrusi batuan beku yang dianggap mampu menjaga kesetabilan terowongan. Pada saat pengerjaannya, dibutuhkan teknik peledakan, karena yang diterobosnya adalah batuan beku andesitik.

Pada kesempatan berikunya, narasumber Fajar Lubis menyampaikan gunungapi tua bergeser dari selatan ke utara. Diantaranya tumbuhnya gunung PraSunda yang diperkirakan mulai membangun dirinya sejak umur Pleistosen, atau 1.7 juta tyl.

Tujuan ke-dua adalah mengunjungi Terowongan KCIC segmen 11 Cibeber-Gunung Bohong yang berada di sebelah tenggara. Dititik ini Zarindra, biasa disapa Zarin menyampaikan teknik pengeboran terowongan. Karena menemui batuan beku yang keras, ia menjelaskan untuk membobol setiap jengkal lubang, dibutuhkan teknik peledakan.

Di tujuan ke-tiga, mengunjungi sisa tambang dan endapan awan panas G. Sunda-Tangkubanparahu. Deni menjelaskan mekanisme luncuran awan panas, seiring dengan penghancuran kubah lava dan ambruknya dinding kaldera. Produknya berupa gas, piroklastik dan fragmental bom yang dilontarkan balistik. Awan panasnya turun dengan kecepatan tinggi, mengikuti lembahan, dan mengendap menjadi ignimbrite. Di Cisurupan, terlihat gawir tegak sisa pengambangan batu-pasir, dikerjakan sejak tahun 70-an. Menggali vertikal dan terbuka, hingga kedalam lebih dari 30 meter. Luas wilalayah penggalian kuran lebih 300 m2 atau luas keliling 2.3 km. belum ada perhitungan jumlah volume material yang diangkat, mengingat kegiatan penggaliannya kurang lebih terjadi hampir 20 tahun, menggunakan linggis dan cangkul secara manual.

Dari titip pengamantan ini, terlihat G. Padakasih yang menjulang, batas antaran wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cmahi. Dari titik Ciseupan, masih terlihat hijau segar, karena Pemerintah Kota Cimahi mengeluarkan aturan pelarangan pengambangan. Sedangkan di balik G. Padakasih, telah habis oleh kegiatan tambang. Menurut Tony, gunug ini disebut G. Panganten, mengingat ada dua kerucut yang mirip pasangan. Dalam keterangannya ada cerita rakyat di kawasan ini, disebut penunggu gunung disebut Nyi Kentring Manik yang meneyerupai wujud ular besar. Bila ia terusik, maka ia akan marah dalam bentuk gempa, lonsor hingga kekeringan yang melanda daerah ini.

Bencana kekeringan pernah terjadi di sekitar Padakasih, pada awal 80-an, akibat penambangan Ciseupan. Menurut Fajar, bisa saja airtanah permukaan terganggu, sehingga mataair dihulu kering. Dibutuhkan 20 tahun untuk memulihkan kembali sumber mataair di sekitar lereng timur G. Padakasih.

Kunjungan selanjutnya ke kawasan pengelolaan ekowisata Padakasih, dikelola oleh warga. Dalam kesempatan ini peserta Geourban diberikan kesempatan untuk turut mendukung penghijauan, menanam bibit kopi robusta yang telah disiapkan sebelumnya.

Untuk lokasi penutup, mengunjungi tragedi longsoran sampah TPA Leuwigajah tahun 2005. Tragedi ini merengut hampir 157 orang yang terdampak langsung dan hampir setengahnya tidak diketemukan higga kini. Dari keterangan saksi, akibat hujan lebat yang tidak berhenti, menyusup, kemudian menjadi bidang gelincir. Dilaporkan juga terjadi ledakan gas metan, diciriakan dengan api yang berwarna biru. Tragedi ini adalah kesalahan manajemen dan lalainya pengawasan dari pemengan regulasi saat itu.

Kegiatan berakhir tepat pukul 12.30 WIB, ditutup dengan pengukuhan anggota baru angkatan II, hasil kegiatan Diklat pada 28 November 2021. Sebagai penutup acara disambung makan bersama dengan makanan khas desa adat Cireundeu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *