Catatan Singkat Geourban#26 Palasari

Ujungberung diintepretasikan hadir jauh sebelum Daendels membuat jalan Raya Pos 1810-1811. Dengan demikian sudah ada budaya yang hadir di sebelah Bandung Timur.  Merujuk peta lama, Kaart van de Priangse landen ofwel een gedeelte van de noordkust van Java, 1600. Menyebutkan hadirnya wilayah di sebelah utara Parakanmuncang.

Kunjungan pertama adalah menapaki aliran lava di Ci Panjalu. Lokasinya terletak di Cilengkrang utara, sejajar dengan jalan Palalangon, Kabupate Bandung. Jalan yang menghubungkan Cigending atau Alun-alun Ujungberung ke utara, melalui Palintang. Dialiran sungai tersebut didapati dua air terjun, sebelah utaranya adalah Curug (air terjun) Orok, mendekati ke arah Jembatan Cipanjalu. Kemudian ke arah hilinya disebut Curug Kacapi. Dilokasi ini didapati sumber mata air, dari rekahan batuan lava. Disebut mata air kontak, terbentuk akibat kontak antara lapisan akuifer dengan lapisan impermeable pada bagian bawahnya. Air mengalir pada batuan piroklastik yang memiliki porositas, bersifat meloloskan air. Kemudian mengalir di atas batuan lava dan keluar melalui biidang-bidang rekahan.

Sungai tersebut merupakan lembah yang dialasi oleh batuan lava berwarna abu-abu gelap. Berupa lava tebal dengan struktur kekar kolom. Di Curug Kacapi membentuk dinding tegak yang diperkirakan merupakan struktur sesar minor. Batuannya berupa lava tebal, dengan struktur kekar lembar. Batuannya cenderung berwarna hitam, menandakan pengaruh kualitas air yang tercemar berat. Mengingat Ci Panjalu hulunya di Cilengkrang, bagian dari Daerah Aliran Sungai Ci Tarum.

Jalan tersebut memisahkan dua batuan penyusun yang berbeda. Disebelah timurnya merupakan produk hasil kegiatan letusan gunungapi Manglayang. Kemudian disebelah baratnya adalah endapan dari kegiatan kegunungapian Prasunda-Sunda dan Tangkubanparahu. Soetoyo dan Hadisantono (1992), menguraikan stratigrafi gunungapi blok Cimenyan-Cilengkrang, disusun oleh endapan kegiaatan gunungapi Prasuda-Sunda-Tangkubanparahu. Produknya diantaran tuff, piroklastik dan aliran lava.

Umurnya sekitar Pleistosen, seperti yang disampaikan dalam hasil penelitian Kartadinata (2005). Endapan yang hadir di sektiar lereng selatan G. Palasari, adalah hasil dari empat fase letusan gunungapi di sebelah utara. Yaitu produk letusan Prasunda, kemudian Sunda, Tangkubanparahu Tua dan fase terakhir adalah G. Tangkubanparahu Muda.

Lava yang tersingkap sangat masif/tebal, dierosi sungai dan membentuk ari terjun. Arah alirannya dari utara ke selatan, memotong lava masih dengan struktur berlembar. Dalam penelitian Naufal Fajar Putra (2021), dimasukan kedalam Satuan Aliran Lava 3 Cisanggarung, mendetailkan hasil penelitian Soetoyo dan Hadisantono (1992) dalam satuan aliran lava Sunda (Sl).

Arah alirannya dari utara ke selatan, sehingga sumber lava di Curug Orok masuk ke dalam Satuan Aliran Lava dari hasil kegiatan letusan penutup pembentukan kaldera Sunda.  Dari keterangan di atas, bisa dipastikan batuan di Curug Orok dan Curug Kacapi merupakan batuan beku, hasil kegiatan letusan efusif G. Sunda. Melalui mekanisme aliran lava, mengisi lembah antara G. Palasari-Cilengkrang dan G. Manglayang. Diendapkan miring ke utara, mengikuti topografi sumber aliran.

Strukturnya berlembar, menandakan pada saat lava dialirkan dan membeku. Seiring waktu kehilangan pembebanan dibagian atas, sehingga membentuk struktur berlembar. Struktur yang terbentuk pada batuan berlembar dan mendatara/ horisontal sejajar dengan arah tekanan. Penghilangan pembebanan bisa terjadi karena proses erosi, sehingga material penutup hilang. Kekar lembar di Curug Orok dan Kacapi karena dierosi oleh aliran sungai.

Beralih lokasi kedua, ke arah hulu Ci Panjalu di lereng G. Palasari. Gunung dengan kerucut khas yang hampir mendekati angka dua ribu meter dpl. Menjulang tinggi dan berada pada sistem sesar Lembang segmen timur. Tingginya 1857 meter dpl., berhawa sejuk dan sering tertutup kabut. Kawasannya berada di Perum Perhutani Bandung Utara, sedangkan secara administratif berada di dua desa, Girimekar dan Cipanjalu.

Jalur pendakian terpendek melalui sisi sebelah timur. Diantara punggungan G. Kasur-Manglayang dan G. Palasari, melalui jalan Palintang. Ditempuh sekitar 1.3 km, dengan pertambahan ketinggian sekitar 330 meter, antara lokasi awal pendakian hingga puncak. Dalam pembagian fasies gunung, pendapat Boogie dan Mckenzie (1998). Pendakian dimulai pada fasies proksimal, dengan keterdapatan lava, bresi tuff, hingga tuff lapili. Sedangkan pendakian dari pos awal hingga puncak tidak mendapati sebaran batuan tersebut.

Dengan demikian G. Palasari tidak bisa digolongkan sebagai gunungapi, walaupun memiliki morfologi kerucut. Keberadaanya duduk dijalur Sesar Lembang segmen timur. Mudrik Daryono menyebutkan, panjang sesar tersebut adalah 29 km, mula dari Cilengkrang dibagian timur, kemudian memanjang ke arah timur hingga sekitar ngamprah. Sedangkan pendapat lainya, seperti Iyan Haryanto (2024), melalui pola pengaliran sungai, ekspresi morfologi dan bukti lapangan di tol Cisumundawu membuktikan lain. Iyan memperkirakan jalur Sesar Lembang ini bisa mencapai 40 hinggga 45 km. menerus diutara G. Manglayang hingga Sumedang timur.

Di puncak G. Palasari didapati bidang datar, dengan ukuran kurang lebih 10 x 10 meter. Membentuk persegi hampir kotak, terdiri dari dua pelataran. Dari keketerangan warga, bahwa dahulu masih ada tumpukan batu namun kini sudah sudah hilang. Alasan hilangnnya susunan batuan tersebut tidak pernah ada yang tahu.

Bila merujuk kepada hasil penelitian Dani Sujana (2019), menempatkan tinggian seperti gunung atau perbukitan yang menjulang, dimanfaatkan sebagai simbol sakral dan suci. Baik dari kebudayaan megalitik, menerus hingga kebudayaan Sunda klasik. Diwujudkan dengan cara membangun situs-situs keagamaan, seperti punden berundak. Keberadaanya tentunya perlu penelitian lebih lanjut, mengingat G. Palasari memiliki peranan penting, mengingat di lereng utara ditempat kebuayaan batu loceng. Di bagian selatannya merupakan peradaban Arcamanik, dicirikan dengan peninggalan arca bercorak Hindu.

Dengan demikian perlu untuk menggali dalam bentuk penelitian, dan kajian yang lebih mendalam tentang objek wisata bumi di Ujungberung utara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *